Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Denon Prawiraatmadja
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perhubungan

Helikopter Terus Melaju untuk Indonesia Maju

Kompas.com - 19/06/2023, 16:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAAT artikel ini saya tulis, gelaran Heli Expo Asia atau Hexia 2023 baru saja selesai. Selama 4 hari pelaksanaan Expo tersebut dari tanggal 15 sampai 18 Juni 2023, jumlah total pengunjung, baik pebisnis maupun masyarakat umum yang melakukan registrasi hampir mencapai 20.000 orang.

Di acara tersebut juga banyak dilakukan kegiatan bisnis seperti penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) maupun perjanjian bisnis terkait helikopter.

Dengan demikian, bisa dikatakan Hexia yang merupakan pameran internasional helikopter pertama di Indonesia itu berlangsung dengan sukses.

Saya tidak akan membahas tentang pameran itu, kecuali berharap agar pameran tersebut bisa berlanjut pada tahun-tahun berikutnya dengan lebih besar dan semarak.

Saya akan membahas tentang helikopter di Indonesia, terutama terkait multifungsi dan perannya bagi Indonesia.

VTOL dan hovering

Helikopter sebenarnya adalah sejenis pesawat terbang. Hanya saja jika pesawat terbang yang biasa kita kenal itu disebut bersayap tetap, kalau helikopter bersayap tidak tetap atau rotary wing.

Perbedaan lain, helikopter bisa mengudara (take off) dan mendarat (landing) secara vertikal atau disebut sistem Vertical Take Off Landing (VTOL), sedangkan pesawat terbang take off dan landing secara horisontal.

Helikopter juga bisa terbang hovering atau melayang tetap. Dalam perkembangannya, teknologi VTOL dan hovering juga diadopsi beberapa jenis pesawat terbang.

Helikopter bukan barang baru di Indonesia. Helikopter pertama dibawa dan diperkenalkan oleh perwira TNI AU Wiweko Soepono pada 1953, yaitu jenis Hiller-360.

Keberadaan pesawat jenis ini langsung menyedot perhatian masyarakat, termasuk Presiden Soekarno dan Ibu Negara Fatmawati yang kemudian diantar oleh Wiweko untuk terbang berputar-putar melihat kota Jakarta dari angkasa.

Bung Karno bahkan memakai helikopter sebagai pesawat kepresidenan, dan itu merupakan helikopter kepresidenan pertama di dunia.

Multifungsi

Bung Karno mungkin sudah menyadari bahwa pesawat jenis ini mempunyai multifungsi sehingga dapat membantu berbagai macam kebutuhan masyarakat.

Dengan sistem VTOL dan hovering, pesawat ini dapat menjangkau daerah-daerah yang sempit dan terpencil karena hanya membutuhkan sebidang tanah keras untuk dapat terbang dan mendarat.

Karena helikopter merupakan sejenis pesawat terbang, maka ia juga antiterperangkap lalu lintas macet, tidak seperti jenis transportasi darat seperti bus atau mobil.

Dengan sistem VTOL dan hovering itu pula helikopter kemudian digunakan untuk fungsi-fungsi selain pengangkutan penumpang dan barang serta keperluan militer.

Saat ini, helikopter sudah biasa dipakai untuk keperluan medis sebagai ambulance udara, untuk keperluan pertolongan bencana alam, untuk transportasi search and rescue (SAR), bahkan untuk memadamkan kebakaran baik di perkotaan yang padat perumahan, di gedung tinggi atau di hutan belantara.

Sebagai jenis transportasi yang mempunyai multifungsi, helikopter sesungguhnya sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia.

Indonesia mempunyai wilayah kepulauan di mana tidak semua pulau yang ada mempunyai bandara. Selain itu, Indonesia juga masuk dalam wilayah ring of fire yang rawan bencana.

Indonesia juga mempunyai kawasan hutan luas yang sering terbakar pada musim kemarau.

Perekonomian Indonesia yang semakin meningkat juga menyebabkan pertumbuhan kota-kota besar dengan problem bawaannya, yaitu kemacetan lalu lintas.

Kemacetan lalu lintas mempunyai dampak pada perekonomian sangat besar karena kemacetan itu seperti membakar uang sia-sia.

Semua problem-problem itu, sebenarnya bisa dibantu atasi dengan helikopter. Untuk itulah maka helikopter di Indonesia sesungguhnya perlu dikembangkan lebih cepat.

Saat ini populasi helikopter di Indonesia sekitar 200-an unit. Mari kita bandingkan dengan jumlah helikopter di negara tetangga, yaitu Australia 822 unit, atau di negara ASEAN seperti Thailand 102 unit, Malaysia 136 unit, dan Filipina 156 unit.

Jika melihat prosentase jumlah helikopter dibandingkan jumlah penduduk, Indonesia masih kalah dengan negara-negara tersebut.

Untuk meningkatkan populasi helikopter, salah satu caranya adalah dengan memperbaiki peraturan, baik terkait teknis operasional maupun bisnis.

Seperti, misalnya, peraturan mengenai terbang malam bagi helikopter, kemudahan impor spareparat dan aturan lainnya.

Perlu juga diantisipasi perkembangan teknologi pada helikopter, misalnya terkait electric VTOL atau penggunaan energi listrik (baterei) dan kemudian drone helikopter yang dalam waktu dekat akan dikembangkan di beberapa negara.

Semua perkembangan itu tentu saja perlu didukung oleh peraturan, terutama dari sisi keselamatan dan keamanan.

Keselamatan dan keamanan operasional dalam dunia penerbangan adalah hal utama yang tidak bisa ditawar.

Saya bersyukur bahwa dalam sambutan pembukaan Hexia 2023 lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan mendukung pengembangan helikopter di Indonesia.

Beliau juga mengajak semua stakeholder untuk bersinergi dalam membuat peraturan-peraturan sehingga dari sisi keselamatan dan bisnis bisa berjalan seimbang.

Semoga dalam waktu dekat komitmen itu dapat terwujud. Mengingat helikopter yang multifungsi dan sangat vital bagi bangsa Indonesia. Saya berharap helikopter kita bisa terus melaju untuk Indonesia maju.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com