JAKARTA, KOMPAS.com – Salah satu orang terkaya di Indonesia urutan ke-23, dan ke 1.622 di dunia, versi Forbes, Otto Toto Sugiri mencatatkan jumlah kekayaan senilai 1,9 miliar dollar AS yang setara dengan Rp 28,5 triliun (kurs Rp 15.000 per dollar AS).
Toto dijuluki Bill Gates-nya Indonesia, karena dia juga merupakan sosok yang tidak asing di industri teknologi berkat kerja kerasnya membangun data center di Tanah Air, melalui PT DCI Indonesia Tbk (DCII) untuk menumbuhkan ekonomi digital di Indonesia.
Tapi, siapa yang menyangka bahwa kehidupan Toto jauh dari kata mewah. Ditemui di kantornya yang berada di Equity Tower SCBD, pada Rabu (6/7/2023), Toto mengatakan dirinya tetap mempertahankan idealismenya untuk bersikap sesederhana mungkin.
Baca juga: Rahasia Sukses Toto Sugiri Jadi Orang Terkaya Ke-23 RI: Jauhi Utang dan Jangan Meminta-minta
Di kantornya, Toto merupakan sosok yang sangat dekat, dan mudah berbaur dengan karyawannya yang rata-rata berusia 30 tahun. Sistem kerja yang tidak kaku, ia terapkan untuk membangun kenyamanan dan menjadikan para pekerja layaknya keluarga.
Kepada Kompas.com, Toto bercerita bahwa dirinya mendapat dirinya memang memiliki pola pikir yang berbeda dengan saudara-saudaranya. Anak ke-6 dari 9 bersaudara itu mengaku, sejak kecil sangat suka bermain dengan anak-anak kampung yang ada dilingkungannya.
“Saya main sama anak-anak kampung, main sepak bola, saya ikut Pramuka, jadi saya belajar team work, empati dengan yang lain. Anak kampung itu kan ekonominya berat, mainan saja kan itu bikin. Seperti potong bambu bikin pedang-pedangan, nangkap jangkrik, bikin kandangnya sendiri,” kata Toto yang kala itu menggunakan T-Shirt hitam dan celana jeans.
“Saya emang beda dengan saudara-saudara saya yang lain, senengnya main dengan anak kampung. Di situ saya belajar kreativitas, dari apa yang ada, tanpa uang. Itu bermanfaat, termauk juga solidaritas dengan teman. Itu yang jadi fondasi dan membentuk karakter leadership, team work, dan saya beruntung sekali,” lanjutnya.
Baca juga: Anthony Salim Borong Saham, Bos DCI Ungkap Alasannya
Sejak kecil, Toto sudah menyukai pelajaran matematika. Ia mengatakan ketertarikan dengan matematika itu, karena dirinya menyukai angka, aljabar yang dianggap cukup mudah untuk dikerjakan. Tapi, layaknya anak-anak, Toto selalu menyempatkan waktu untuk bermain bersama teman-temannya usai selesai mengerjakan PR.
“Tapi prestasi sekolah selalu bagus, enggak ranking satu memang, tapi saya dari kecil lebihnya di pelajaran matematika. Apa yang menarik? ya senang aja, dengan angka, aljabar, yang menurut saya itu gampang. Jadi saat saya SMP dulu, di kuartal I, seluruh buku itu PR sudah saya kerjakan semua. Saya kerjakan itu dulu, supaya saya bisa main. Saya memang senangnya bermain, dan belakangan itu sangat bermafaat,” jelas dia.
Baca juga: Kisah Sukses Petani Milenial di Pacitan, Ekspor Gula Aren ke Kanada dengan Omzet Belasan Juta Rupiah
Menjadi anak seorang bankir bukan alasan Toto untuk bermanja-manja dan menikmati seluruh fasilitas yang ada. Toto mendapatkan pendidikan moral terbesar dari mendiang ibunya kala itu. Dia mengatakan, ibunya terus mewanti-wanti dirinya agar menjadi lak-laki yang kuat, dan tidak pengecut.
“Ibu saya berperan besar dalam mendidik moral. Saya ingat ibu saya itu mengajarkan values dan kesederhanaan. Misalnya soal perlakuan terhadap wanita. Jadi ibu saya itu pejuang wanita, jadi pokoknya awas kalau laki-laki itu memukul perempuan, itu pengecut karena kamu tau kamu lebih kuat,” kata Toto.
“Sekali kami mulai itu, nanti jadi kebiasaan. Ibu saya juga ngumpulin banyak berlian, yang mana itu akan diberikan untuk anak perempuan, anak laki-laki enggak usah dikasih apa-apa. Perempuan (saat itu) kasihan, kalau dia tidak mendapatkan suami yang beruntung, karena dulu itu perempuan tugasnya urus rumah tangga, dan tidak ada keadilan. Jadi dia merasa anak perempuannya perlu dibekali, termasuk warisan,” tambah dia.
Baca juga: Kisah Sukses Brand Fesyen ZLY, Capai Omzet Rp 5 Miliar dan Tembus Pasar Malaysia
Toto mengatakan, dirinya juga diingatkan mengenai warisan agar tidak diributkan kemudian hari. Didikan yang diberikan juga setara, antara anak laki-laki dan perempuan, dengan tujuan agar kelak menjadi anak-anak yang mandiri.
“Buat saya idola saya itu ibu, yang benar-benar jiwa sosialnya besar dan senang membantu. Lebih ke value of fairness lah, dia mengatakan pada saya, orang yang meributkan warisan, yang ngangkangi warisan orang tua hidupnya enggak bahagia,” tambahnya.
Baca juga: Kisah Sukses Pujianti Bisnis Slime Bermodal Rp 50.000, Sekarang Punya 5 Karyawan
Ibunda Toto meninggal di usia 60 tahun sekitar tahun 1981 karena komplikasi penyakit kanker. Toto meninggalkan kehidupannya di Jerman dan kembali ke Indonesia untuk menemani ibundanya di masa-masa terakhir. Kematian ibu adalah pukulan terbesar bagi Toto, dia mengaku menyesal, karena belum sempat membahagiakan ibunya.
“Itu penyesalan saya. Tau begitu, saya cepat-cepat kelarin sekolah, dan saya juga belum sempat berbuat apa-apa untuk ibu saya, keburu sakit. Pesan saya buat yang muda, kalau masih bisa mengurus orang tua, tertuama ibu kita itu suatu keberuntungan. Karena saya tidak mempunyai kesempatan itu,” ujar dia.
Sebagai bentuk penghormatan terakhir, Toto merapikan rumah keluarganya, dan membuat taman di rumahnya di Bandung. Sepeninggalan ibu, Toto menghabiskan waktunya hanya di rumah saja, hal itulah kemudian yang membuat kakak-kakaknya merasa khawatir dengan masa depan Toto.
Baca juga: Omzet Melesat Hingga 3 Kali Lipat Saat Pandemi, Simak Kisah Sukses Fried Chicken Geprek Gian
Tahun 1973-1980 Toto melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi RWTH Aachen University Jerman. Dia mengambil jurusan teknik informatika. Toto mengaku sempat menjalani kehidupan sederhana di Jerman.
Dia bilang, ketika dirinya kehabisan uang, dia sempat menjadi supir taksi, hingga bekerja di pabrik saat musim liburan. Prinsipnya yang dipegang Toto adalah tidak mencuri uang orang lain, dan tidak meminta-minta.
“Kalau saya enggak punya uang, saya jadi sopir taksi saat weekend, yang penting enggak nyolong dan enggak minta-minta sama orang. Saat weekend saya nyupir taksi, jika kehabisan uang saat kuliah,” ujarnya.
Baca juga: Cerita TikToker Rugi Besar Tertipu Jombingo: Tertarik karena High Return dan Didukung Pemerintah
Toto mengaku, kala itu dia menghabiskan uang untuk kuliah dengan nongkrong bersama teman-temannya, sementara untuk meminta lagi uang kepada orang tua, ia tidak mau. Dengan uang menjadi sopir taksi selama weekend, Toto mengaku bisa mencukupi kebutuhannya untuk makan selama dua minggu.
Dia mengatakan, dengan memiliki banyak teman di Jerman banyak informasi mengenai perusahaan atau pabrik yang merekrut tenaga kerja mahasiswa untuk menggantikan pekerja tetap yang tengah libur.
Dari berbagai macam yang ia kerjakan di Jerman, Toto mengaku uangnya bisa ia gunakan untuk membeli tiket pulang pergi ke Jakarta hingga jalan-jalan ke Spanyol.
“Saya tidak gengsi, gengsi itu kalau saya mesti minta-minta ke orang, sama orangtua juga saya enggak minta-minta,” ujar dia.
Baca juga: Rahasia Sukses Pempek Candy, Kuliner Andalan dan Favorit di Palembang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.