Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenperin Kaji Tambahan Insentif untuk Mobil Hybrid

Kompas.com - 09/08/2023, 10:40 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan mengkaji pemberian tambahan insentif untuk mobil hybrid atau hybrid electric vehicle (HEV). Sebab, mobil hybird mampu mengurangi emisi karbon hingga 49 persen.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan, pihaknya menjajaki pemberian tambahan insentif untuk mobil hybrid tersebut berdasarkan emisi karbon yang dikeluarkan.

"Kami sudah inisiasi dan analisis ke depan sampai 2060 itu adalah carbon reduction artinya yang diukur adalah sampai berapa besar industri manufaktur menghasilkan suatu produk yang mampu menurunkan emisi karbon," kata Taufiek di kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Taufiek mengatakan, mobil hybrid memang dapat mengurangi emisi secara signifikan. Bahkan, saat ini, ada model mobil hybrid dengan emisi mencapai 75 gram/kilometer (km).

Baca juga: Kemenperin: Revisi Aturan Subsidi Motor Listrik Rampung Pekan Ini

Tak hanya itu, ia mengatakan, penjualan mobil hybrid saat ini lebih tinggi dibandingkan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV).

"Kalau lihat dari animonya mungkin kita harus berikan hybrid, tapi pemberiannya itu ada dasar. Dasar memberikan saya kira (dasarnya dari) karbon. Tapi perlu cara memberikan yang tepat supaya kita tidak diprotes memberi subsidi ke orang kaya dan macam-macam," ujarnya.

Sementara itu, pengamat otomotif dari LPEM Universitas Indonesia Riyanto mengatakan, tambahan insentif untuk mobil hybird layak diberikan mengingat mobil tersebut mampu memgurangi emisi sampai 50 persen.

“Saat ini, BEV mendapatkan insentif BBN dan PKB. Saya kira ini bisa dipertimbangkan juga ke hybrid, karena bisa mengurangi emisi sampai 50 persen. Jadi, mobil hybrid layak mendapatkan tambahan insentif,” kata Riyanto.

Baca juga: Dapat Insentif, Penjualan Mobil Listrik Naik 44 Persen

Ia mengatakan, mobil hybrid bisa menjadi pilihan di era transisi menuju netralitas karbon pada 2060. Alasannya, harga mobil hybrid masih tinggi yaitu berkisar Rp 600-700 juta sehingga peminatnya masih sedikit.

Selain itu, total penjualan mobil elektrifikasi, terdiri atas HEV, PHEV, dan BEV mencapai 182.000 unit atau setara 14,8 persen pasar dengan berbagai macam insentif fiskal pemerintah.

Dari jumlah tersebut, porsi terbesar adalah HEV sebanyak 104.000 unit, PHEV 327 unit, sedangkan BEV hanya 77.000 unit.

"Kemudian, penjualan mobil elekrifikasi mencapai 591.000 unit, terdiri atas HEV 387.000 unit, BEV 202.000 unit, dengan porsi pasar 31,8 persen. Artinya, jumlah itu masih jauh di bawah target pemerintah," ucap dia.

Baca juga: Pasar Kendaraan Listrik di RI Berpotensi Mencapai 20 Miliar Dollar AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com