Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
David Firnando Silalahi
ASN Kementerian ESDM

Pelayan rakyat (ASN) di Kementerian ESDM, Kandidat Doktor pada School of Engineering, Australian National University, dengan topik penelitian "100% Renewable Energy Integration for Indonesia"

Potensi Energi Surya dan "Energy Storage" Indonesia Sangat Besar

Kompas.com - 21/08/2023, 11:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada saat sore hari menjelang malam, baterai dapat dioperasikan pada beberapa menit hingga satu jam pertama, hingga energi yang disimpannya habis.

Selanjutnya PLTA pumped hydro storage meneruskan memasok listrik sepanjang malam, menunggu matahari bersinar kembali pagi hari.

Singkatnya, dengan keunggulan masing-masing BESS dan PLTA pumped storage menjadi dua solusi yang saling melengkapi untuk menopang sistem 100 persen energi terbarukan.

Potensi off-river pumped hydro storage

Dengan dampak lingkungan yang besar, PLTA pumped hydro storage konvensional sangat rentan penolakan masyarakat.

Sebagai contoh, perencanaan dan pembangunan PLTA pumped hydro storage Cisokan, Bandung Barat, kapasitas 1.040 MW di Indonesia telah dimulai pada 2010.

Semula proyek Cisokan ditargetkan beroperasi pada 2014, namun mengalami berbagai kendala, hingga kini belum selesai.

Masih dari hasil penelitian kami di The Australian National University, Indonesia punya potensi yang sangat besar.

Kami memetakan lokasi terbaik untuk waduk PLTA pumped hydro storage tanpa membendung sungai (off-river). Jumlahnya ada banyak sekali, dan tersebar di seluruh negeri, termasuk di pulau Jawa, Bali dan Sumatera. Total 26.000 lokasi setara 821 TWh.

Metode off-river yang kami tawarkan di penelitian tersebut mampu menjawab tantangan sulitnya membangun PLTA pumped storage konvensional, yang harus membendung sungai.

Kami menemukan lokasi-lokasi terbaik, dengan kapasitas penyimpanan terbesar dan perkiraan biaya termurah, dengan total potensi 321 TWh.

Biaya pembangunannya kurang dari 20 persen biaya baterai Lithium pada kapasitas yang sama, dan dapat ditekan lebih rendah lagi jika memanfaatkan danau alami sebagai pengganti salah satu waduk.

Untuk menopang sistem 100 persen energi terbarukan, Indonesia hanya butuh sekitar 25 TWh kapasitas penyimpanan energi.

Menurut Werner, seorang pakar panel surya dari Institute for Photovoltaics and Research Center, Germany, teknologi panel surya telah mencapai efisiensi optimal pada angka 23-24 persen. Efisiensi ini erat kaitannya dengan lahan yang dibutuhkan.

Semakin efisien, semakin sedikit lahan yang dibutuhkan. Kita punya lahan yang luas di Indonesia. Teknologi pembuatan panel surya dengan efisiensi 20 persen sudah murah harganya. Agar semakin murah, kita perlu memproduksi panel surya ini secara masif di dalam negeri.

Teknologi PLTA pumped storage bukan sesuatu yang baru. Ilmu pengembangan PLTA sudah lebih dari 100 tahun. Pelajari dan kuasai.

Melalui program Merdeka Belajar, kampus dan sekolah vokasi perlu diarahkan untuk menyiapkan kurikulum agar lulusannya sesuai semangat transisi energi. Tenaga kerja yang menguasai teknologi energi bersih.

Sekolah menengah kejuruan perlu diperbanyak untuk bidang-bidang pemeliharaan pembangkit listrik energi bersih.

Dengan segala potensi yang kita miliki, sumber daya manusia yang disiapkan dari sekarang, tidak ada keraguan bahwa Indonesia bisa mewujudkan target net zero emissions melalui pasokan 100 persen energi terbarukan. Target tahun 2060 malahan bisa kita percepat setidaknya ke 2050.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com