Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Menguat di Awal Perdagangan, Kurs Rupiah Justru Melemah

Kompas.com - 06/09/2023, 09:51 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (6/9/2023). Hal ini berbeda dengan kurs rupiah yang melemah pada perdagangan pasar spot.

Melansir data RTI pukul 9.11 WIB, IHSG berada pada level 7.010,58 atau naik 0,27 persen (18,8 poin) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.991,7.

Sebanyak 217 saham melaju di zona hijau dan 156 saham di zona merah. Sedangkan 227 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 843,2 miliar dengan volume 2,3 miliar saham.

Baca juga: Simak 4 Rekomendasi Saham dari IPOT untuk Trading Pekan Ini

Founder WH Project William Hartanto mengatakan IHSG berpeluang melanjutkan pelemahan padahari ini. Sejauh ini belum ada indikator lain yang memberikan indikasi perubahan arah. IHSG masih menguji level 7.000, dan pengujian resistance adalah hal yang wajar jika sesekali ada koreksi.

“Jika terjadi koreksi jelang pengujian level 7.000, kami menilai ini sebagai hal yang wajar dan pelemahan bisa dijadikan kesempatan buy on weakness,” kata William dalam analisisnya.

“Karena koreksi sehat saat pengujian resistance adalah hal yang umum terjadi. Kami memproyeksikan IHSG berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan melemah dalam range 6.816 – 7.000,” tambah William.

Baca juga: BRI Bakal Lakukan Aksi Korporasi, Lepas Saham BSI?

Sementara itu, pasar saham Asia pagi ini bergerak mixed. Hang Seng Hong Kong turun 0,78 persen (143,79 poin) ke posisi 18.313,11, dan Indeks Komposit Shanghai China terkoreksi 0,41 persen (13 poin) di posisi 3.141,3. Sementara itu, Nikkei Jepang menguat 0,38 persen (125,59 poin) pada level 33.162,39, dan Strait Times bertambah 0,17 persen atau 5,6 poin di posisi 3.232,46.

Kurs Rupiah

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini melemah. Melansir data Bloomberg, pukul 09.02 WIB rupiah berada pada level Rp 15.316 per dollar AS, atau turun 46 poin (0,3 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 15.270 per dollar AS.

Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena indeks dollar AS bergerak naik dan menembus level tertinggi selama 6 bulan di kisaran 104,8, demikian juga tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS bergerak naik.

“Rupiah berpeluang melemah lagi hari ini terhadap dollar AS hari ini. Penguatan dollar dipicu oleh Data pesanan pabrik AS bulan Juli yang dirilis semalam menunjukkan penurunan yang di bawah ekspektasi pasar,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Baca juga: Jokowi Minta MIND ID Kuasai 51 Persen Saham Vale

Selain itu, anggota dewan Gubernur Bank Sentral AS, Christopher Waller juga menjelaskan kemungkinan Bank Sentral bisa menahan suku bunga tinggi lebih lama untuk mengendalikan inflasi.

Kekhwatiran pasar terhadap pelambatan ekonomi China juga menyumbang tekanan untuk aset berisiko termasuk rupiah, dan pasar masuk ke aset aman, yakni dollar AS.

Hari ini rupiah berpotensi melemah ke arah Rp 15.300 per dollar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 15.250 per dollar AS.

Baca juga: Divestasi Saham Vale, MIND ID Minta Perjanjian Khusus Diubah

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Whats New
OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin 'Student Loan' Khusus Mahasiswa S-1

OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin "Student Loan" Khusus Mahasiswa S-1

Whats New
Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Whats New
Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Whats New
Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Whats New
Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com