JAKARTA, KOMPAS.com - Kepemimpinan digital makin dibutuhkan di Indonesia yang giat melakukan digitalisasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab salah satu tantagan digitalisasi adalah pekerjaan secara hybrid, atau tak melulu tatap muka.
Saat ini, RI secara resmi telah diakui menjadi negara berpendapatan menengah atas (Upper-Middle-Income Country/UMIC) oleh Bank Dunia. Selain itu, menurut laporan DBS Bank, Indonesia memimpin pasar ekonomi digital di Asia Tenggara dengan lebih dari 200 juta pengguna internet dan nilai proyeksi sekitar 130 miliar dollar AS pada 2025.
Di era digitalisasi, mempertahankan dan meningkatkan posisi RI dari negara berpendapatan menengah atas butuh kepimimpinan digital yang mumpuni, terutama di era bekerja secara hybrid.
Baca juga: Work from Cafe Ternyata Mendorong Produktivitas dan Kreativitas
Sayangnya, berdasarkan riset Center for Creative Leadership (CCL) yang berjudul “WORK 3.0: Reimagining Leadership in a Hybrid World”, di Indonesia ditemukan 49 persen responden menilai perusahaan mereka belum memiliki visi kerja hybrid.
"Dalam lanskap hybrid saat ini, sangat penting bagi pemimpin perusahaan di Indonesia untuk dapat membimbing timnya melalui tantangan baru ini. Maka dari itu, agar perusahaan sukses menghadapinya, ada tiga prioritas yaitu: Direction, Alignment, and Commitment (DAC)," ungkap Diana Khaitova, Regional Head of Client Director, APAC Center for Creative Leadership, melalui keterangannya, Senin (18/9/2023).
Baca juga: Kembali Jadi Tren, Meeting Hybrid dan Ruang Rapat Minimalis Kian Optimal dengan Teknologi Ini
Berikut 6 kunci kepemimpinan digital di era hybrid menurut CCL.
1. Menjadi ‘Future Seekers’ dan ‘Business Shapers’
Sebagai ‘Future Seekers’, para pemimpin secara aktif mengikuti perubahan lanskap digital yang terus berevolusi sembari beradaptasi terhadap tren dan perkembangan baru. Mereka akan mengevaluasi tren-tren yang ada dan menggunakan pengetahuan ini untuk membentuk rencana strategis agar tetap unggul dalam persaingan.
Sementara itu, ‘Business Shapers’ merupakan individu yang mengambil keputusan berdasarkan data yang relevan dan menganalisisnya dengan efektif. Pendekatan ini digunakan untuk memperkuat kemampuan baru dan membuka peluang pertumbuhan organisasi menuju ranah digital.
Baca juga: Hybrid Working Jadi Tren, Persyaratan Kerja Makin Fleksibel
2. Berperan sebagai ‘Ecosystem Builders’ dan ‘Innovation Accelerators’
Sebagai ‘Ecosystem Builders’, ia mendorong tim di semua level untuk saling berbagi ilmu dan keahlian untuk mendukung pertumbuhan satu sama lain serta mendorong kolaborasi tanpa mengorbankan fleksibilitas.
‘Innovation Accelerators’ membantu organisasi memupuk budaya yang lebih memilih mengejar pertumbuhan dibanding kesempurnaan. Pemimpin yang memiliki kemampuan ini membantu karyawan untuk cepat berkembang dan mendorong terciptanya inovasi sehingga dapat melahirkan ide-ide baru yang cemerlang.
3. Memikat Bakat dan Meningkatkan Keterlibatan
‘Talent Makers’ adalah orang-orang yang dapat membangun semangat persaingan yang baik di antara tim. Mereka mengenali dan memberdayakan individu yang dapat membantu perusahaan unggul di bidang digital.
‘Engagement Energizer’ berkomitmen terhadap perubahan dengan menjadi teladan. Ia menunjukkan tekad kuat pada tujuan utama bisnis dan memotivasi orang lain untuk ikut serta.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.