Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

4 Aspek "Human Capital Leadership" untuk Generasi Produktif Indonesia 2045

Kompas.com - 26/09/2023, 10:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sosok muda seperti mereka yang harus kita perbanyak jumlahnya. Indonesia akan semakin maju jika makin banyak inisiator atau penggerak yang berkeinginan membuat kehidupan jadi lebih baik.

Jika kita pikirkan lebih mendalam, sejarah bangsa kita adalah sejarah pergerakan, di mana banyak gerakan dan organisasi dengan fokus memerdekakan negara Indonesia.

Modal keberlanjutan (Sustainability)

Dua aspek yang berkaitan dengan produktivitas adalah “health & labor capital”. Modal ini merupakan fondasi yang menentukan apakah kita sebagai pemimpin sukses membangun manusia.

Pasalnya, hal yang paling penting ketika membangun human capital adalah soal keberlanjutannya.

Keberlanjutan (sustainability) di sini punya dua makna: bagaimana orang melihat kita dan bagaimana kita menguatkan integritas kita. Kita membutuhkan personal image.

Brand/personal image menjadi penting jika orang ingin melihat kita dan organisasi kita.

Sebagai ilustrasi, menurut survei dari Axios dan Harris Poll 2023 tentang reputasi brand, Patagonia, sebuah eco-friendly brand dari Amerika Serikat, menempati peringkat pertama. Ini menunjukkan bahwa Patagonia menjadi favorit banyak orang.

Personal branding sangat penting saat ini, aset yang perlu dioptimalkan untuk meningkatkan value seseorang, khususnya anak muda sebagai penghuni mayoritas dari bangsa ini.

Namun demikian, kita juga perlu menyeimbangkannya dengan konsistensi dalam bersikap. Misalnya kita orang yang peduli terhadap banyak orang, kita harus konsisten dengan sikap kita yang tidak membeda-bedakan orang lain berdasarkan SARA.

Terlebih, salah satu aspek yang orang-orang lihat dalam organisasi maupun personal adalah apakah mengedepankan keberagaman.

Nuansa keberagaman (inklusivitas) dalam masyarakat bisa kita buktikan dengan data ini. Menurut survei dari Katadata 2021, sebanyak 68,7 persen menyatakan keharusan mempertimbangkan keragaman budaya dalam membagikan informasi.

Kalau kita orang yang mengedepankan keberagaman, kita mempertimbangan dan mengikutsertakan banyak orang dengan berbagai latar belakang.

Contoh lain, misalnya, perusahaan kita peduli terhadap lingkungan. Kita perlu membuktikannya dengan menerapkan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).

Menurut data dari G&A Institute 2021, lebih dari 90P0 perusahaan S&P menerbitkan laporan ESG (tanggungjawab terhadap lingkungan, sosial dan manajamen yang transparan).

Persepsi orang-orang terhadap isu ESG semakin menguat sebagai konsekuensi dari peningkatan kepedulian di ini.

Menurut riset dari KG Media 2023, isu lingkungan menjadi isu yang mendapat skor paling tinggi, yakni 4,16. Disusul isu sosial (4,11) dan etika bisnis (4,07).

Sebab itu, branding (personal dan organisasi) bisa memberikan dampak jangka panjang. Dengan konsisten dalam bersikap, kita mendapatkan reputasi dan integritas yang baik.

Namun, kita tetap harus menjadi autentik, dalam artian bahwa kepedulian kita itu benar-benar berasal dari keinginan dan kepedulian kita terhadap khalayak banyak. Bukan hanya untuk kepentingan reputasi semata.

Empat modal ini, menurut saya, sangat penting dipraktikan oleh para insan muda usia produktif saat ini untuk membangun Indonesia Emas 2045.

Empat unsur modal di atas saling membutuhkan. Berkemampuan tetapi tidak berkarakter hanya akan berakhir stagnan. Karakter tanpa adanya peningkatan kemampuan yang signifikan juga tidak dapat melangkah jauh.

Para pemimpin kita bisa fokus membangun empat modal tersebut. Hal ini akan dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas manusia masa kini dan masa depan.

Kita hanya punya waktu 22 tahun agar rakyat Indonesia berkualitas secara holistik. Dua puluh dua tahun bukanlah waktu yang lama.

Saya mengajak para pemimpin kita saat ini mulailah meningkatkan empat modal di atas secara holistik sejak dini. Hasilnya memang tidak instan, tidak bisa dilihat hanya dalam beberapa tahun.

Namun, saya kira, ketika kita konsisten meningkatkan empat modal ini, kita akan melihat buahnya, yaitu Indonesia yang menjelma menjadi salah satu negara adidaya dunia kurang dari 1 dekade dari sekarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com