Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

4 Aspek "Human Capital Leadership" untuk Generasi Produktif Indonesia 2045

Kompas.com - 26/09/2023, 10:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kita bisa mengambil kursus, workshop, sertifikasi, maupun menempuh pendidikan lanjutan. Akses terhadap media belajar semakin mudah didapat.

Urgensi ini semakin diperkuat dengan situasi terkini. Di dunia industri, mereka kesulitan mendapatkan sosok yang berkemampuan, khususnya di area soft skills. Ini terjadi di berbagai negara.

Di Selandia Baru, keterampilan kesiapan kerja merupakan isu penting, di mana komunikasi (83 persen), inisiatif (73 persen), kerja sama tim (66 persen) dan pemecahan masalah (66 persen) berada pada urutan teratas.

Bahkan, ada penurunan kemampuan literasi, di mana 44 persen pelamar kerja kurang di kemampuan ini.

Di Indonesia, hasil survei East Ventures 2022 mengatakan bahwa 52,1 persen perusahaan kesulitan mencari pekerja yang berkemampuan digital.

Di samping itu, menurut riset Amazon Web Services (AWS) dan Gallup 2022, hanya 27 persen masyarakat kita memiliki kemampuan digital.

Kondisi ini mencerminkan pentingnya mengembangkan kemampuan secara konsisten. Situasi yang terjadi saat ini menjadi peluang bagi kita untuk meningkatkan kemampuan, baik hard skill maupun soft skill.

Manusia muda Indonesia tidak boleh berhenti belajar. Berhenti belajar berarti berhenti berkembang dam siap- siap dengan pola hidup datar. Pemimpin saat ini, di manapun berada perlu mendorong semangat lifelong learning agar kita terus berkembang.

Presiden Jokowi mengatakan bahwa lifelong learning adalah kenyataan, bukan narasi, sehingga penting supaya kita bisa membuat hidup kita lebih baik.

Dalam sudut pandang lain, Flint Brenton, CEO dari Syntellis Performance Solutions, perusahaan manajemen software, mengatakan bahwa human capital perlu berevolusi dengan mengadopsi mentalitas pembelajar seumur hidup untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas.

Dengan kita terus belajar, kita menjelma sebagai ahli dan orang yang dipercaya banyak orang. Manusia Indonesia, khususnya pemimpin masa depan, harus berkembang menjadi orang yang dipercaya.

Kepercayaan datang, kesempatan pun juga semakin luas untuk mengembangkan Indonesia.

Modal produktivitas

Dua aspek yang berkaitan dengan produktivitas adalah “organizational & entrepreneurial capital”. Hal ini mengungkap berbagai keterampilan yang bersifat teknis.

Adanya kemampuan anak muda sekarang untuk mengasah daya ciptanya untuk memproduksi karya yang bermanfaat dan menjadi solusi untuk banyak tantangan saat ini.

Mengembangkan keterampilan dalam proses membangun karya nyatanya tidak cukup. Kita perlu modal sosial yang kuat untuk berkontribusi dengan kemampuan kita dan menjadi aktor penggerak perubahan.

Banyak pemimpin hebat membangun jaringannya sendiri agar ia bisa berkolaborasi membuat perubahan dan lebih luas dampaknya.

Membuat perubahan tentunya membutuhkan kemampuan komunikasi yang sangat baik. Bagaimana kita menyampaikan niat kita dan mengajak banyak orang untuk bergerak.

Singkatnya, modal produktivitas adalah pengembangan kemampuan yang berkaitan dengan manusia atau human skills.

LinkedIn pun menegaskan kalau human dan social skills penting. Dalam Workplace Learning Report 2023, Linkedin menemukan kalau 3 dari 5 kemampuan yang dibutuhkan perusahaan merupakan human skills (manajemen, komunikasi, dan kepemimpinan).

Dengan kita menguasai tiga kemampuan tersebut, kita bisa berkolaborasi dan menggerakkan orang-orang untuk menginisiasi perubahan, baik itu dalam komunitas, yayasan, maupun perusahaan.

Para pemimpin kita perlu mendorong terciptanya banyak changemakers di masyarakat. Saat ini, sudah banyak anak muda yang telah berkontribusi nyata di masyarakat.

Sebut saja Andhyta Firselly Utami (Afu) dan Abigail Limuria, yang baru-baru ini menginisiasi pembuatan platform Bijak Memilih.

Bijak Memilih memungkinkan masyarakat mengetahui rekam jejak partai, posisi mereka terhadap suatu isu, berapa banyak perwakilannya di legislatif, dan masih banyak lagi.

Afu dan Abigail juga memiliki organisasi yang punya fokus berbeda. Afu mengedukasi banyak orang terkait kebijakan melalui Think Policy.

Abigail adalah co-founder dari What is Up Indonesia? (WIUI), yang aktif menginformasikan kondisi sosial-politik Indonesia dalam dua bahasa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com