Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Rupiah Terpuruk, Mengapa dan Bagaimana?

Kompas.com - 09/10/2023, 05:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Isu utang Amerika Serikat juga menjadi salah satu penekan dollar AS. Kementerian Keuangan AS menunjukkan per 31 Maret utang AS menembus lebih dari 30 triliun dollar AS. Kondisi ini diperparah dengan ancaman anggaran belanja AS yang menipis.

Respons Bank Indonesia

Melihat kondisi ini, Bank Indonesia diyakini telah melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk mengelola pasokan dan permintaan dollar AS.

Meskipun genting, pejabat Bank Indonesia meyakini arus keluar modal dari negara masih terkendali, dan apabila harganya jatuh, Bank Indonesia siap menstabilkan dengan membeli obligasi untuk mengelola imbal hasil.

Bank Indonesia tampaknya terus bersiap di pasar untuk memastikan keseimbangan pasokan dan permintaan valuta asing sehingga membangun kepercayaan pasar.

Rupiah melanjutkan depresiasinya pada hari Selasa, mencapai level terlemahnya sejak awal Januari sebesar 15.610 per dolar. Sementara imbal hasil obligasi acuan sepuluh tahun naik hingga di atas 7 persen, tertinggi sejak Maret 2023.

Pergerakan tersebut terkait dengan sentimen terhadap aset-aset berisiko akibat kebijakan moneter AS yang hawkish. Kita yakin BI akan terus memonitor pergerakan imbal hasil T-bill AS.

Menarik untuk mengantisipasi pertemuan kebijakan moneter Bank Indonesia selama dua hari pada 18-19 Oktober.

Pemerintah menaikkan suku bunga sebesar 225 basis poin antara Agustus 2022 hingga Januari tahun ini, untuk melawan inflasi dalam negeri. Namun sejak itu tetap bertahan dalam setiap tinjauan kebijakan bulanannya karena inflasi telah kembali ke target.

Kali saatnya Bank Indonesia untuk cermat mengambil kebijakan suku bunganya. Kenaikan suku bunga 25 bps bisa menjadi shock terapi yang pas untuk memukul balik para spekulan. Kita tunggu keputusannya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com