Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Migas Global Terdampak Kondisi Konflik Israel-Hamas

Kompas.com - 16/10/2023, 07:06 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNN

LONDON, KOMPAS.com - Harga migas global melonjak karena berbagai risiko terhadap pasokan membuat investor khawatir. Risiko terbesarnya adalah konflik Israel dan Hamas.

Dikutip dari CNN Business, Senin (16/10/2023), harga minyak mentah Brent, patokan minyak global, naik lebih dari 4 persen pada Jumat (14/10/2023) lalu, hingga diperdagangkan hampir 90 dollar AS per barrel.

Sementara itu, acuan harga minyak mentah AS West Texas Intermediate melonjak 4,2 persen menjadi 86 dollar AS per barrel.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak Imbas Perang Hamas-Israel

Ilustrasi harga minyak mentah. SHUTTERSTOCK/GAS-PHOTO Ilustrasi harga minyak mentah.

Menurut Edward Moya, analis pasar senior di Oanda, penyebab utama harga minyak dunia melonjak adalah konflik yang sedang berlangsung di Israel, dan kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat meluas ke kawasan Timur Tengah yang kaya minyak.

“Pasar minyak sangat sensitif terhadap perkembangan perang Israel-Hamas,” katanya.

“Ada kekhawatiran bahwa, meskipun kita melihat produksi (minyak) AS mencapai rekor tertinggi, kita akan melihat guncangan besar terhadap pasokan dalam waktu dekat," tutur Moya.

Para analis mengatakan pada awal pekan lalu bahwa perang tersebut, yang dipicu oleh serangan mematikan oleh militan Hamas pada akhir pekan, telah membuat investor waspada terhadap potensi eskalasi yang dapat melibatkan Iran.

Baca juga: Ada Perang Hamas-Israel, Menteri ESDM Waspadai Kenaikan Harga Minyak Dunia

Namun jika ada kaitan yang jelas dengan Iran, kata para analis, maka intervensi AS tidak dapat dikesampingkan. Hal ini kemungkinan akan memerlukan penegakan sanksi yang lebih ketat terhadap ekspor minyak Iran.

Kenaikan harga minggu lalu menempatkan harga minyak Brent kembali ke level 90 dollar AS per barrel, level yang terakhir kali ditembus pada awal September setelah berbulan-bulan menguat terutama karena pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia.

Ilustrasi produksi minyak, kilang minyak, harga minyak.SHUTTERSTOCK/DED PIXTO Ilustrasi produksi minyak, kilang minyak, harga minyak.

“Situasi geopolitik seperti ini dapat mengubah arah dalam waktu singkat dan mempunyai kemampuan untuk mengguncang pasar dan harga energi secara besar-besaran. Investor mewaspadai hal-hal yang tidak diketahui,” ungkap Sophie Lund-Yates, analis ekuitas utama di Hargreaves Lansdown.

Konflik Israel-Hamas juga sangat membebani pasar gas alam Eropa.

Baca juga: Menkeu AS soal Perang Israel-Hamas: Tidak Berdampak Signifikan ke Ekonomi Dunia

Acuan harga gas Eropa melonjak sebanyak 5,7 persen pada Jumat (14/10/2023) lalu menjadi 56 euro atau 59 dollar AS per megawatt jam, sebelum turun kembali di kemudian hari. Harga telah naik 44 persen sejak Jumat pekan lalu.

Massimo Di Odoardo, wakil presiden penelitian gas dan gas alam cair (LNG) di Wood Mackenzie, mengatakan, penutupan sementara ladang gas Israel yang memasok gas ke Mesir dan Yordania, serta pasar listrik Israel menimbulkan dampak buruk bagi Eropa.

Mesir banyak memproduksi gas alamnya sendiri selain mengimpor dan mengolah sebagiannya menjadi LNG untuk dikirim ke luar negeri. Negara ini mengekspor sekitar 3 juta metrik ton (3,3 juta ton) LNG selama musim dingin, dengan sebagian besar menuju ke Eropa, kata Di Odoardo.

Jika Mesir tidak dapat mengimpor gas dalam jumlah yang biasa dari Israel, hal ini dapat mengakibatkan lebih sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali ekspor LNG.

Baca juga: BKPM Yakin Perang Hamas-Israel Tak Akan Pengaruhi Investasi di Indonesia

“Ada risiko nyata bahwa Mesir tidak akan dapat mengekspor kargo apa pun selama musim dingin dan hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya pasokan gas ke Eropa,” katanya.

Pengumuman oleh raksasa energi AS Chevron pada hari Selasa bahwa para pekerja di dua fasilitas LNG utama Australia berencana melakukan pemogokan juga telah meresahkan investor, menurut Di Odoardo.

Begitu pula dengan penutupan sementara Balticconnector, saluran pipa gas yang menghubungkan Finlandia dan Estonia, tambahnya.

Namun, harga masih jauh di bawah harga tahun lalu, ketika mencapai 156 euro atau 165 dollar AS per megawatt jam, karena Eropa baru saja bangkit dari krisis energi yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com