Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Rute dan Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang Dulu Ditawarkan Jepang

Kompas.com - Diperbarui 01/11/2023, 22:18 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Kereta cepat pertama di Indonesia yang menghubungkan ibu kota Jakarta dan Bandung di Jawa Barat, akhirnya resmi beroperasi untuk publik sejak Oktober 2023, setelah beberapa kali penyelesainnya tertunda.

Pembangungan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), yang juga proyek kereta cepat pertama di Asia Tenggara, sempat molor hingga beberapa tahun dan membengkak sangat besar sehingga menelan biaya sekitar 7,27 miliar dollar AS atau setara Rp 112 triliun.

Selain menggunakan uang APBN, pembayaran utang dan bunga ke pihak China juga akan dijamin oleh pemerintah Indonesia. Dua hal yang sejatinya dilanggar pemerintah di proyek ini.

Menilik ke belakang, tepatnya di tahun 2014-2015, proyek ini awalnya merupakan gagasan Jepang di era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jelang berakhirnya pemerintahan Presiden SBY, proyek ini jadi perebutan antara Jepang dan China.

Baca juga: Saat Ahok Kurang Setuju Stasiun Kereta Cepat Ada di Halim

Jepang datang dengan tawaran investasi kereta cepat sebesar 6,2 miliar dollar AS. Tokyo juga menawarkan pinjaman proyek dengan masa waktu 40 tahun berbunga hanya 0,1 persen per tahun dengan masa tenggang 10 tahun.

Sementara China menawarkan nilai investasi yang lebih murah dari Jepang, yakni sebesar 5,5 miliar dollar AS dengan bunga 2 persen sampai 3,4 persen per tahun. Belakangan, nilai investasi KCJB yang digarap China bengkak menjadi 7,27 miliar dollar AS.

Rute yang ditawarkan Jepang

Sebelum pemerintah Indonesia memilih China, Jepang sebelumnya optimis bisa menggarap KCJB. Bahkan pemerintah Negeri Sakura melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), sudah melakukan studi kelayakan meski belum diputuskan pemerintah Indonesia.

JICA rela menggelontorkan modal sebesar 3,5 juta dollar AS sejak 2014 untuk mendanai studi kelayakan yang dilakukan bersama Kementerian Perhubungan dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (kini BRIN).

Baca juga: Kenapa Dulu Ahok Keberatan Halim Dijadikan Stasiun Kereta Cepat?

Berbeda dengan China yang memutuskan untuk membangun stasiun yang berada di kawasan pinggiran, Jepang justru menawarkan lokasi stasiun yang berada di tengah Kota Jakarta maupun Bandung.

"Karena calon lokasi stasiun kereta cepat bisa menjadi simbol Kota Jakarta, maka disarankan untuk membangunnya di lokasi yang bisa jadi pintu masuk kemegahan Jakarta. Apalagi dari segi kenyamanan, lokasi stasiun wajib berdekatan dengan area komersial dan bisnis sehingga diperkirakan bisa mendapatkan angka penumpang yang tinggi," tulis JICA dalam proposalnya dikutip pada Rabu (1/11/2023).

Dalam proposal yang ditawarkan ke pemerintah Indonesia, pihak Jepang mengusulkan stasiun kereta cepat ada di Manggarai, Senayan, Gambir, Jakarta Kota, Pasar Senen, Dukuh Atas, dan Kemayoran.

Sementara pemilihan Halim sebagai stasiun kereta cepat, menurut survei yang dilakukan JICA, menjadi opsi kedelapan.

Calon stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung usulan JICA Jepang.Tangkapan layar Proposal JICA Calon stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung usulan JICA Jepang.

Belakangan, JICA mengeluarkan opsi Pasar Senen dan Jakarta Kota dari calon lokasi stasiun kereta cepat karena alasan area tersebut cukup berbahaya akibat bencana alam (penurunan muka tanah).

Baca juga: Rayuan Bunga Utang Rendah China di Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Dengan pertimbangan akses ke moda transportasi lainnya dan lokasi paling strategis, Jepang merekomendasikan pilihan utama stasiun KCJB berada di Senayan yang berdekatan dengan GBK sebagai plan A, sementara dalam plan B ditetapkan stasiunnya berada di Dukuh Atas.

Rute dari Jakarta ke Bandung

Selain lokasi calon stasiun, JICA juga melakukan studi untuk rute terbaik KCJB dari tengah Kota Jakarta ke Kota Bandung. Di mana dari tengah Kota Jakarta, pihak Jepang mengusulkan membangun sebagian jalur kereta cepat ada di bawah tanah (underground).

Rute bawah tanah ini dimulai dari Senayan (sesuai dengan plan A) hingga ke Bekasi sehingga bisa mengurangi biaya pembebasan lahan.

Selain dengan terowongan bawah tanah, rute juga dikombinasikan dengan trek rel sepanjang Banjir Kanal, Kanal Kalimalang, dan Tol Jakarta-Cikampek. Dengan demikian, ongkos pembebasan lahan juga bisa ditekan.

Berikut selengkapnya rute Kereta Cepat Jakarta Bandung yang ditawarkan Jepang:

  • Stasiun awal: Senayan (plan A) dan Dukuh Atas (plan B)
  • Rute Jakarta-Bekasi: Terowongan bawah tanah, Kanal Kalimalang, BKT, dan Tol Jakarta Cikampek
  • Bekasi-Cikarang: Memanfaatkan Tol Jakarta-Cikampek
  • Cikarang-Purwakarta: Melintasi Cikampek dan rencana pembangunan bandara internasional di Karawang
  • Purwakarta-Padalarang: Menggunakan sisa lahan di samping tol dan terowongan yang disesuaikan dengan kondisi geologi
  • Padalarang-Gedebage: Melintasi area pinggiran untuk mengurangi pembebasan lahan dan memanfaatkan lahan di samping jalan tol. Dari Padalarang, kereta cepat direncakan dibangun di tengah Kota Bandung dan jalurnya akan berlanjut berakhir di Gedebage (sebagai depo) dikombinasikan dengan bawah tanah dan layang.

Baca juga: Kilas Balik Kereta Cepat, Minta Konsesi 50 Tahun, tapi Ditolak Jonan

"Bandung adalah kota terbesar ketiga di Indonesia sebagai pusat pemerintahan dan perkantoran juga terkonsentrasi di sini. Untuk merangsang penumpang, diharapkan stasiun kereta cepat ditempatkan di tengah kota," tulis JICA.

Rute Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang ditawarkan JICA Jepang ke pemerintah Indonesia.Tangkapan layar dokumen proposal JICA Rute Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang ditawarkan JICA Jepang ke pemerintah Indonesia.

Dari Padalarang menuju Kota Bandung, maupun dari Kota Bandung menuju Gedebage, lintasan relnya dibangun dengan kombinasi melayang (elevated) dan terowongan bawah tanah (tunnel) sebagaimana pada proyek MRT Jakarta sehingga biaya pembebasan tanah di area perkotaan bisa ditekan.

Klaim potensi penumpang

JICA juga menghitung potensi penumpang apabila stasiunnya berada di area tengah Kota Jakarta dan Bandung. Perhitungan JICA, penumpang KCJB bisa mencapai 44.000 per hari pada awal pengoperasian.

Jumlah penumpang bisa meningkat lagi menjadi 148.000 per hari pada tahun 2050. Sementara bila rute kereta cepat dilanjut sampai ke Surabaya, potensi penumpang diestimasi bisa mencapai 161.000 per hari pada 2030.

Bahkan dengan rute Jakarta-Surabaya, potensi penumpangnya bisa meningkat lagi menjadi 323.000 per hari pada tahun 2050.

Baca juga: Ramai Dibahas, Ini Sindiran Lawas Jonan soal Kualitas Kereta INKA

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com