Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Riset: 73 Persen Pekerja Indonesia Tak Keberatan Kembali ke Perusahaan Lama

Kompas.com - 29/11/2023, 07:24 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil riset perusahaan rekrutmen Robert Walters menemukan 73 persen pekerja di Indonesia menyatakan siap atau tidak keberatan untuk kembali ke perusahaan tempat mereka kerja sebelumnya.

Seiring dengan itu, 70 persen perusahaan yang sedang aktif merekrut menyatakan kesiapan untuk mempertimbangkan, bahkan melakukannya tanpa ragu.

Adapun sebanyak 71 persen pekerja Indonesia yang baru saja mengundurkan diri dalam dua tahun terakhir melakukannya dengan beberapa alasan.

Baca juga: Cara Daftar BPJS Ketenagakerjaan bagi Pekerja informal secara Online

Beberapa alasan keluar kerja di antaranya untuk mengejar kemajuan karir, mendapatkan gaji dan tunjangan yang lebih baik, atau mencari perusahaan yang memiliki budaya dan nilai-nilai perusahaan yang lebih sejalan dengan keyakinan pekerja.

Di Indonesia, sekitar 3 dari 5 atau 63 persen pekerja mengakui kesiapannya untuk mempertimbangkan kembali ke perusahaan tempat mereka bekerja sebelumnya jika terdapat peluang untuk mendapatkan gaji yang lebih baik, peluang pengembangan karir, dan sistem kerja yang lebih fleksibel.

Sebanyak 21 persen lainnya menyatakan akan mempertimbangkan hal tersebut jika terjadi perubahan pada kepemimpinan atau struktur tim.

Baca juga: UMP 2024 Naik Tipis, Pekerja Gaji Rp 5 Juta Masih Bisa Cicil Rumah KPR Subsidi

Country Head Robert Walters Indonesia Eric Maya mengatakan, Indonesia menjadi salah satu peringkat teratas di Asia Tenggara dengan jumlah pekerja yang mempertahankan hubungan dengan perusahaan tempat bekerja sebelumnya.

"Sebanyak 92 persen pekerja mengaku masih menjaga hubungan baik dengan perusahaan sebelumnya," kata dia dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (28/11/2023).

Ia menambahkan, sebanyak 30 persen pekerja bahkan menghubungi perusahaan lamanya dalam dua tahun terakhir untuk mencari peluang kerja.

Baca juga: Serikat Pekerja Desak Pemerintah Masukkan Ojol ke Kategori Pekerjaan Formal

Gayung bersambut, sebanyak 85 persen manajer perekrutan mengaku akan mempertimbangkan merekrut pekerja yang sudah keluar untuk mengisi posisi yang sesuai.

Sekitar 7 dari 10 manajer perekrutan akan mempertimbangkan memfasilitasi kembalinya mantan karyawan yang berprestasi.

Namun, hampir 50 persen profesional saat ini belum menjalin kontak dengan tempat mereka bekerja sebelumnya.

Eric menjelaskan, banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut. Umumnya, terdapat salah persepsi bahwa kembali bekerja di perusahaan sebelumnya dapat dianggap negatif.

Baca juga: Amazon PHK 180 Karyawan di Divisi Gim

"Karyawan mungkin terdorong mengetahui, manajer di perusahaan lama mereka akan bersedia mempertimbangkan mereka secara adil, terutama jika telah membuktikan kinerja diri sebagai yang terbaik di perusahaan," terang dia.

Sementara itu, CEO konsultan rekrutmen global Robert Walters Toby Fowlston menyampaikan, pasar rekrutmen global mengalami perlambatan pada 2023.

Di sisi lain, tren kekurangan kandidat pekerja terus berlanjut. Adanya banyak talenta yang ingin bergabung ke perusahaan lama seharusnya menjadi kabar baik bagi pemimpin.

Baca juga: Survei Ungkap 70 Persen Karyawan Bohong di CV, tentang Apa Saja?

"Tidak hanya itu, mereka adalah talenta-talenta yang siap untuk mulai bekerja. Mereka pernah terlibat dalam bisnis, akrab dengan prosesnya, dan memiliki keterikatan sebelumnya terhadap merek perusahaan," ungkap dia.

Survei ini seharusnya membuat perusahaan yang sedang dalam proses perekrutan dapat mempertimbangkan untuk kembali terlibat dengan mantan karyawannya.

Menurut dia, penting bagi para pemberi kerja untuk mengelola proses kembalinya "boomerang employee", terutama jika pekerja tersebut kembali dengan posisi yang lebih senior dibandingkan saat mereka meninggalkan perusahaan.

Baca juga: Survei Ungkap 70 Persen Karyawan Bohong di CV, tentang Apa Saja?

Sedikit catatan, "boomerang employee" dapat menjadi solusi untuk mengatasi kekurangan keterampilan atau keahlian tertentu (skills shortage).

Sebagai informasi, survei ini dilakukan pada hampir 1.000 pekerja di enam negara Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Dari jumlah tesebut hampir 150 di antaranya berasal dari Indonesia.

Baca juga: Bank-bank Besar AS PHK Karyawan, Total 20.000 Orang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com