Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Berakhir, BEI Catat Penurunan Transaksi Selama 2023

Kompas.com - 14/12/2023, 21:00 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan adanya penurunan jumlah transaksi dalam setahun ini. Kepala Divisi Riset Bursa Efek Indonesia (BEI) Verdi Ikhwan mengatakan, hal ini terjadi seiring dengan kondisi pandemi yang mulai mereda.

Verdi mengatakan, dari sisi nilai saat ini rata-rata transaksi mencapai Rp 10,5 triliun per hari per 30 November 2023. Angka ini memang turun lumayan signifikan jika bandingkan dengan pencapaian di 2022 yang mencapai Rp 14,7 triliun.

“Turunnya sekitar 28,3 persen. Alasannya, gara-gara terjadinya kondisi pandemi yang sudah mulai mereda,” kata Verdi dalam edukasi wartawan pasar modal, Rabu (13/12/2023).

Baca juga: Jual 75 Persen Saham Tokopedia ke TikTok, GoTo Untung atau Buntung?

Verdi mengungkapkan, selama pandemi di 2020-2022, transaksi investor mendominasi transaksi di BEI. Dia bilang, memasuki 2023, jumlah transaksi tidak seramai sebelumnya, sehingga transaksi turun.

“Pada 2020-2022, ritel itu lumayan mendominasi. Nah memasuki 2023 sudah mulai berkurang sehingga ini menyebabkan transaksi turun,” ungkapnya.

“Kenapa berkurang? Karena yang dulunya banyak di rumah, sekarang masyarakat sudah mulai kembali beraktivitas, jalan-jalan, sehingga uang mereka mulai dipindahkan ke sektor-sektor riil,” lanjut dia.

Baca juga: Saham GOTO “Pengaruhi” Pergerakan IHSG, Kok Bisa?

Di sisi lain, Verdi menilai kenaikan suku bunga juga menyebabkan sepinya transaksi saham di BEI. Dia bilang, kebanyakan investor saat ini melakukan investasi pada dana di perbankan atau obligasi pemerintah.

Dari sisi frekuensi, menurunnya transaksi di Bursa yang disebabkan oleh pergeseran alokasi dana investor ritel, membuat frekuensi transaksi juga turun sebesar 9,7 persen dari 1,3 juta kali per hari pada 2022 menjadi 1,17 juta kali di 2023.

“Kemudian volume juga mengalami penurunan dari 23,9 miliar lembar saham di 2022 turun menjadi 19,1 miliar lembar saham di 2023 atau turunnya sekitar 20 persen,” kata dia.

Baca juga: 10 Saham Paling Cuan Pekan Ini, Ada Dua Emiten Prajogo Pangestu hingga Kimia Farma

“Walaupun terjadi penurunan ditransaksi, market cap kita justru mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Per 30 November 2023, market cap kita Rp Rp 11.238 triliun meningkat 18,3 persen dibandingkan periode tahun lalu yang masih Rp 9.499 triliun,” tambah dia.

Verdi bilang, pertumbuhan ini disebabkan ada penambahan emiten baru, aksi korporasi, serta ada kenaikan indeks di tahun lalu. Sebagai informasi, indeks sempat turun dalam di bawah level 4.000 pada 2020. Kemudian perlahan pulih dan pada September 2022, IHSG mencapai all time high di level 7.318.

“Sejak saat itu sampai sekarang indeks kita boleh dikatakan pergerakannya relatif tidak terlalu bergejolak, karena terlihat memang pandemi sudah selesai, beberapa investor kita saat pandemi hampir 50 transaksi dilakukan oleh investor retail dan pelan-pelan saat pandemi selesai beralih ke sektor manufaktur,” ungkap dia.

Baca juga: Mantan Bos Unilever Indonesia Jual Seluruh Saham UNVR, Ini Alasannya

Saat ini, IHSG berada pada level 7.000-an dengan pertumbuhan secara tahunan sebesar 3,36 persen. IHSG termasuk dalam indeks yang mengalami kenaikan secara global. Adapun indeks yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Rusia dan juga AS.

“Thailand menjadi yang terendah pertumbuhannya dengan penurunan 17,29 persen. Jadi bursa kita diantara kawasan regional berada di tengah,” kata dia.

Baca juga: Belum Sepakat Soal Harga, Begini Kelanjutan Divestasi Saham Vale Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com