Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Munir Sara
Tenaga Ahli Anggota DPR RI

Menyelesaiakan Pendidikan S2 dengan konsentrasi kebijakan publik dan saat ini bekerja sebagai tenaga Ahli Anggota DPR RI Komisi XI

Melewati 2023 yang Tak Mudah

Kompas.com - 17/12/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENGAKHIRI tahun 2023 tak semudah yang kita kira. Beranjak ke tahun 2024 dengan segunung harapan, namun melewati akhir 2023 yang muskil dengan berbagai tantangan ekonomi.

Seperti film The Day After Tomorrow. Ada harapan masa yang lebih baik, tapi melewati tantangan yang mencemaskan.

Tentang badai salju yang membekukan seantero belahan bumi utara, dalam film yang diambil dari cerita novel Art Bell dan Whitley Strieber berjudul “The Coming Global Superstorm”.

Ada harapan, tantangan dan ketahanmalangan (resiliencies) di tengah situasi ekonomi yang tak pasti.

Dus, ketidakpastian, selalu mendistorsi arah kebijakan, membawa ekonomi terjebak dalam gejolak global dan risikonya. Stabilitas menjadi kunci untuk melewati berbagai tantangan di penghujung 2023.

Sebagaimana Jack Hall (Dennis Quaid) yang harus berpeluh-peluh, menyelamatkan putranya, Sam (Jake Gyllenhaal) yang terjebak dalam badai mengerikan di kota New York yang telah dibungkus badai salju.

Lonceng dini ketidakpastian ekonomi sudah dibunyikan. Ekonomi dunia dituntun dengan tren suku bunga global yang berlangsung secara higher for longer untuk menormalisasi inflasi global yang tak kunjung melandai.

Sebagaimana Jack Hall yang telah mengingatkan penduduk akan datangnya badai salju. Peringatan dini ketidakpastian ekonomi telah dilakukan agar kebijakan kontingensi disiagakan.

Dalam outlook ekonomi International Monetary Fund (IMF), proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2023 diperkirakan 3 persen. Lebih rendah dari capaian pertumbuhan ekonomi global 2022 sebesar 3,5 persen.

Bahkan Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi global 2023 lebih rendah, 2,1 persen.

Sementara, inflasi global masih sulit dijinakkan. Proyeksi Euromonitor Macroeconomic Model, menyebutkan inflasi global masih melesat di atas 4 persen. Risiko stagflasi demikian, berdampak pada global demand shortage dan supply shortage.

Dari sumber JPMorgan Global Manufacturing PMI, menyebutkan, PMI Manufaktur Dunia turun menjadi 48,80 poin bulan Oktober dari 49,20 poin bulan September 2023.

PMI manufaktur <50 menggambarkan terjadinya kontraksi manufaktur global. Setali tiga uang, bila dilihat dari data Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), permintaan global 2023 diperkirakan tumbuh sebesar 2,7 persen.

Sementara untuk 2024, permintaan global diperkirakan meningkat terbatas menjadi 2,9 persen pada 2024. Kendati prospek permintaan global 2024 masih dibayang-bayangi oleh momok ketidakpastian global.

Dalam global risks landscape: an interconnections map OECD, memperlihatkan tahun 2023, krisis geopolitik, memiliki tingkat pengaruh (risk influence) yang tinggi pada ekonomi global.

Semakin tinggi risk influence, semakin banyak risiko yang dipengaruhi oleh risiko geopolitik tersebut.

Situasi yang terjadi di Timur Tengah (Israel-Palestina) dan Eropa Timur (Rusia-Ukraina) serta ketegangan di laut China Selatan, memiliki andil dalam tingginya global risks landscape.

Dalam survei Chief Economists Outlook 2023, sebesar 1,6 persen responden mengatakan ekonomi global kemungkinan akan melemah dalam setahun mendatang.

Dan 40 persen di antaranya menyebutkan, risiko geopolitik sebagai salah satu faktor utama yang memengaruhi prospek ekonomi global.

Kombinasi suku bunga global yang higher for longer serta krisis geopolitik, masih menjadi kabut hitam yang menggelayuti perekonomian global.

Efek merambatnya dari ketidakpastian global, memiliki jalur transmisi ke dalam ekonomi domestik melalui suku bunga dan nilai tukar.

Hal tersebut terefleksi dari sensitivitas capital flow domestik yang berdampak pada gejolak nilai tukar pada Oktober 2023, yang nyaris menyentuh level psikologis Rp 16.000/dollar AS akibat sentiment Fed Fund Rate.

Melambatnya ekspor pada Oktober 2023, juga disebabkan melandainya permintaan global. Harga komoditas unggulan secara umum mengalami penurunan.

Dari data BPS, nilai ekspor pada Oktober 2023 mengalami penurunan sebesar 10,43 persen secara tahunan. Secara eksplisit, ketidakpastian global berdampak ke ekonomi Indonesia.

Mengakhiri 2023

Syahdan, Indonesia adalah “secerca terang,” di tengah kabut ketidakpastian global. Dengan kinerja PDB yang tumbuh di zona positif 4,94 persen pada kuartal III 2023, inflasi yang terkendali sesuai sasaran; di bawah 3 persen ± 1 persen, defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit) yang beringsut membaik, seakan mencekah harapan menjemput 2024.

Tekat pemerintah menjadikan APBN sebagai instrumen mitigasi ketidakpastian global perlu dilihat sebagai strategi meredam efek tekanan eksternal, agar efek merusak pada ekonomi domestik tak terlalu parah.

Optimalisasi penggunaan APBN sebagai instrumen mitigasi, diharapkan dapat memacu laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen tahun 2023, sebagaimana target pemerintah.

Realisasi belanja daerah hingga Oktober 2023, yang tumbuh terbatas sebesar 63,5 persen terhadap APBD dari alokasi Rp 811,70 Triliun, perlu diakselerasi hingga akhir tahun.

Percepatan realisasi belanja APBN yang sama diharapkan terjadi pada penyerapan anggaran belanja K/L dan non K/L seperti Perlinsos dan investasi yang masing-masing penyerapannya masih di bawah 80 persen sebagaimana rilis Menkeu pada 26 November 2023.

Dengan tumpuan pertumbuhan ekonomi sebesar 52,62 persen pada konsumsi masyarakat dan 29,68 persen pada investasi, maka perbaikan penyerapan belanja APBN yang menyasar pada dua komponen ini, dapat membawa ekonomi Indonesia melewati tantangan 2023 sesuai ekspektasi pemerintah.

Seturut kebijakan fiskal, dari sisi kebijakan moneter, selain mempertahankan suku bunga acuan 6 persen, Bank Indonesia pun telah mendiversifikasi instrumen moneter untuk mendukung efektivitas kebijakan moneter dan stabilisasi nilai tukar.

Instrumen moneter seperti Sekuritas Rupiah BI (SRBI) dan Sekuritas Valas BI (SVBI) diharapkan efektif mentransmisikan kebijakan moneter.

Selain untuk pendalaman pasar keuangan domestik dan pendalaman pasar valas, kebijakan ini diharapkan semakin memperkuat fundamental nilai tukar. Kebijakan ini pun diharapkan sebagai sinergi pembiayaan kegiatan ekonomi.

Tahun 2023 memang penuh aral, namun harapan dan strategi yang kuat telah mengalahkan kecemasan.

Sebagaimana Jack Hall yang mampu menyelamatkan putranya dari tsunami badai dalam The Day After Tomorrow. Semoga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dilapokan ke KPK karena Dugaan Laporan Kekayaan Tidak Wajar, Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan

Dilapokan ke KPK karena Dugaan Laporan Kekayaan Tidak Wajar, Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan

Whats New
Simak 10 Jenis Pekerjaan 'Work From Anywhere' Paling Dicari Perusahaan pada 2024

Simak 10 Jenis Pekerjaan "Work From Anywhere" Paling Dicari Perusahaan pada 2024

Work Smart
Ingin Sukses? Hindari Tiga Kalimat Toksik Ini!

Ingin Sukses? Hindari Tiga Kalimat Toksik Ini!

Work Smart
Mendagri: Manajemen Tata Kelola Bawang Putih Kurang Bagus

Mendagri: Manajemen Tata Kelola Bawang Putih Kurang Bagus

Whats New
Kurs Rupiah 13 Mei 2024 di Bank Mandiri hingga BRI

Kurs Rupiah 13 Mei 2024 di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Perluas Pasar ke Kancah Global, Bea Cukai Lepas Ekspor Produk Tenggiri dan Tuna Senilai 239.000 Dollar AS

Perluas Pasar ke Kancah Global, Bea Cukai Lepas Ekspor Produk Tenggiri dan Tuna Senilai 239.000 Dollar AS

Whats New
Populasi Ikan Belida Terancam, KKP Lakukan Pendataan

Populasi Ikan Belida Terancam, KKP Lakukan Pendataan

Whats New
Staf Jokowi Bantah Mahalnya Harga Bawang Putih karena Harga Impor yang Tinggi dari China

Staf Jokowi Bantah Mahalnya Harga Bawang Putih karena Harga Impor yang Tinggi dari China

Whats New
Bank Sampoerna Cetak Laba Bersih Rp 26,3 Miliar pada Kuartal I 2024

Bank Sampoerna Cetak Laba Bersih Rp 26,3 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Perumnas Bangun Hunian Modern di Cengkareng untuk Milenial

Perumnas Bangun Hunian Modern di Cengkareng untuk Milenial

Whats New
Kemenkes Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Usia 45 Tahun Bisa Daftar

Kemenkes Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Usia 45 Tahun Bisa Daftar

Whats New
Miliarder-miliarder Dunia Ini Raup Kekayaan dari Cokelat dan Permen

Miliarder-miliarder Dunia Ini Raup Kekayaan dari Cokelat dan Permen

Earn Smart
Kelas 1, 2, 3 BPJS Kesehatan Dihapus, Pemerintah Ganti Jadi KRIS

Kelas 1, 2, 3 BPJS Kesehatan Dihapus, Pemerintah Ganti Jadi KRIS

Whats New
Cegah Kecelakaan Bus Tak Berizin Terulang, Ini Sederet Catatan untuk Pemerintah

Cegah Kecelakaan Bus Tak Berizin Terulang, Ini Sederet Catatan untuk Pemerintah

Whats New
Fortress Pintu Baja Dukung Synergy Golf Party 2024

Fortress Pintu Baja Dukung Synergy Golf Party 2024

Rilis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com