Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para ‘Penarik Becak’ di Solo, Ada yang Pendapatannya Mencapai Rp 5 Juta Sebulan

Kompas.com - 28/12/2023, 10:15 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


SURAKARTA, KOMPAS.com - Transportasi becak menjadi salah satu transportasi yang sangat banyak peminatnya di tahun 1990-an. Tapi, makin kesini tak banyak lagi orang yang mau menarik becak, karena peminatnya semakin berkurang dan beralih ke kendaraan bermotor.

Di beberapa kota besar, becak bahkan dibatasi operasinya, dan hanya untuk di perkampungan saja.

Kompas.com berkesempatan berjalan-jalan menggunakan becak di Kota Surakarta, atau Solo. Di Solo, becak diizinkan untuk masuk ke perkotaan, berdampingan dengan pengguna kendaraan bermotor di jalan besar. Di bahu kiri jalan raya besar ada jalan kecil yang bisa dilewati becak, sehingga tak sebabkan kemacetan.

Kawasan pertama yang ingin saya kunjungi menggunakan becak adalah Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Surakarta. Kraton Surakarta, selain menyimpan banyak nilai sejarah di dalamnya, kawasan keraton juga memiliki koleksi barang - barang antik bersejarah dengan usia ratusan tahun.

Perjalanan di mulai dari kawasan Kampung Batik Laweyan. Alasan menggunakan transportasi becak, tentu bukan karena tidak ada transportasi lain yang lebih nyaman.

Baca juga: Kisah Sanip, Bertahan di Tengah Stigma Serba Mahal SCBD

Di Solo ada banyak pilihan transportasi layaknya kota besar Jakarta. Tapi, mengingat saya tidak dalam kondisi yang terburu - buru, menaiki becak tentu bisa menjadi opsi lain dari transportasi.

Dari Kampung Batik Laweyan menuju Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Surakarta memiliki jarak tempuh 5,5 Km. Dengan menggunakan becak, waktu yang saya butuhkan sekitar 30-45 menit untuk sampai di tujuan.

Dalam perjalanan, Kompas.com banyak 'ngobrol' dengan ‘abang becak’ yang akrab dipanggil ‘Bapak’ (nama asli: Sutrisno), karena usianya sudah sepuh atau lebih dari 65 tahun.

Sutrisno yang akrab disapa Pak No bercerita, bahwa dahulu dia dan istrinya bersama-sama membuat dan berjualan batik, namun bisnisnya terpaksa harus gulung tikar, karena besarnya biaya untuk mengobati istri yang mengalami sakit kanker selama lebih dari lima tahun.

“Dulu bapak, enggak narik becak. Bapak dulu sama ibu membuat dan berjualan kain batik. Ibu sakit dan butuh biaya besar, jadi semua bapak jual-jualin,” kata pria itu, Rabu (27/12/2023).

Baca juga: Kisah Mantan OB dengan 1.000 Gerai Waralaba

Pak No memiliki lima orang anak, yang semuanya sudah berkeluarga dan berkunjung sesekali bersama cucu. Satu dari lima anak Pak No merupakan lulusan Universitas Indonesia (UI) Jakarta.

Untuk menghidupi dirinya sendiri, dia mengaku selalu dikirimkan sejumlah uang dari anak-anaknya. Jadi, ‘narik becak’ yang selama ini ia lakukan, hanya untuk mengisi waktu saja.

“Kalau di rumah saja, bosan. Kalau narik becak kan bisa dapat uang, buat jajan cucu,” kata pria yang kini memiliki cucu 7 orang.

Pak No memang tidak mematok tarif untuk perjalanan menggunakan becak yang ia kendarai. Kompas.com bahkan bingung, harus membayar berapa ke Pak No, karena dia hanya mengatakan ‘seiklasnya saja’. Karena saya bingung, akhirnya Pak No mengatakan ‘kalau Rp 30.000 bagaimana?”

Tanpa pikir panjang, Kompas.com meng-iya-kan saja tawaran itu.

Melanjutkan cerita, Pak No mengatakan dari menarik becak, per harinya dia bisa mendapatkan Rp 100.000 hingga 200.000 (maksimal saat musim liburan). Tapi pada hari-hari biasa, pendapatan sekitar Rp 100.000, bahkan sering kali tidak sampai segitu atau bahkan tidak ada sama sekali.

“Kalau musim liburan, banyak turis-turis lokal naik becak, kalau turis asing ya.. sesekali lah,” kata Pak No sembari menggoes becaknya.

Baca juga: Kisah Pengusaha Nata De Coco dari Riau yang Raup Laba Bersih Rp 26 Juta Per Bulan

Kalau dipikir-pikir, memang biaya hidup di Solo tidaklah besar jika dibandingkan dengan biaya hidup di Jakarta. Beberapa Kompas.com berada di Solo, dan mencoba ragam kuliner yang ada di sekitar kota, harganya sangat-sangat aman di kantong dengan porsi yang bisa dikatakan ‘cukup’ di perut.

Misal, sepiring nasi soto daging di sekitar Jl Letjen S Parman, seharga Rp 10.000 saja per porsi besar, untuk porsi kecil harganya Rp 8.000. Ayam geprek juga hanya Rp 14.000 per porsi yang Kompas.com beli di Jl Samratulangi.

Di angkringan sekitar kawasan Solo Baru misalnya, harga nasi sekitar Rp 3.000 hingga Rp 5.000 per porsi, dan lauknya sekitar Rp 1.000 hingga 5.000 per item. Jadi kalau dihitung-hitung, Rp 50.000 untuk biaya makan tiga kali sehari dengan ‘mode hemat’ tentu saja cukup.

Dalam sebulan, Pak No mengatakan pendapatannya secara kotor bisa mencapai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta, bergantung seberapa rajin ia menarik becak, jumlah penumpangnya, dan lokasi mana saja yang ia tongkrongi. Karena, ada beberapa lokasi yang menerapkan sistem antrean untuk penarikan becak.

“Kalau sama makan dan kebutuhan harian ya bersih-bersih saya hanya pegang Rp 1 juta saja (sebulan). Tapi kalau dihitung-hitung pendapatan harian saja kan enggak tentu ya, kadang kalau banyak penumpang ya besar, kadang juga tidak bawa pulang uang sama sekali,” jelas Pak No.

“Tapi, kalau tiap hari narik, bisa dapat 4-5 penumpang saja, bisa Rp 200.000-an sehari, sebulan bisa sampai Rp 5 juta,” katanya.

Baca juga: Kisah Anwar, Mantan Bankir yang Banting Setir Jadi Pegiat Bank Sampah di Kota Metro

 


Setelah ngobrol panjang bersama Pak No, akhirnya kami tiba juga di tempat tujuan, Kraton Surakarta. Pak No pun berbalik arah dan mencari penumpang baru, sementara saya berjalan ke arah tempat penjualan tiket masuk Kraton Surakarta.

Adapun tiket masuk ke Keraton Surakarta di-bundling dengan harga tiket masuk ke museumnya, yakni seharga Rp 35.000 per orang.

Di Kraton Surakarta ada banyak hal yang bisa dilakukan dan dipelajari, seperti berfoto dengan prajurit, melihat barang peninggalan kerajaan zaman dahulu kala, hingga mengunjungi Sumur Songo yang berusia 1,5 abad.

Aura sakral dengan aroma menyan menyeruak saat saya memasuki area kraton. Aroma ‘bakar menyan’ sangat identik di wilayah kraton, karena ini adalah tradisi dan budaya lelurur yang terus dilestarikan hingga kini.

Sekitar satu jam berkeliling, akhirnya tiba saatnya untuk kembali pulang ke hotel tempat saya menginap yang berada di Jl Samratulangi. Melewati depan Keraton Surakarta, ada banyak penjual pernak pernik seperti mainan dari kayu, jajanan makanan, hingga minuman. Beberapa mainan kayu dihargai antara Rp 5.000 sampai dengan Rp 30.000.

Dari Keraton Surakarta menuju hotel, Kompas.com masih enggan untuk menggunakan transportasi berbahan bakar BBM, yang cepat sampai. Lagi-lagi pilihan saya jatuh kepada becak.

Baca juga: Kisah Inspiratif Sido Muncul, Dapat Untung Usai Iklankan Anna Maria dan Mbah Maridjan

Halaman:


Terkini Lainnya

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Whats New
Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Whats New
InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

Whats New
KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

Whats New
BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

Whats New
Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak 'Tenant' Donasi ke Panti Asuhan

Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak "Tenant" Donasi ke Panti Asuhan

Whats New
Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Whats New
Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Whats New
BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

Whats New
PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

Work Smart
Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com