Beruntung, kali ini, Kompas.com kembali bertemu dengan penarik becak bernama Waluyo (60) yang juga asyik diajak "ngobrol". Berbeda dengan Pak No, Pak Waluyo mengaku sudah menarik becak selama 15 tahun.
Sebelumnya, lokasinya mangkal Pak Waluyo selalu nomaden atau berpindah-pindah. Belakangan, ia mengkal di kawasan Kraton Surakarta. Dia mengatakan, dirinya cukup sering mengantarkan pulang para abdi dalem dan juga keluarga keraton.
Adapun tarif untuk wisatawan lokal yang ingin berjalan-jalan di sekitar kawasan kraton Surakarta dipatok seharga Rp 50.000. Pak Waluyo bilang, harga tersebut sama saja dengan harga yang dipatok untuk turis mancanegara atau luar negeri.
“Kalau bule ya sama saja, kebanyakan yang naik becak orang sini. Orang-orang kita jalan - jalan sekitar sini, muter - muter Keraton Rp 50.000 saja,” ujar Pak Waluyo sembari ngaso di samping becak miliknya.
Baca juga: Kisah Sukses Sunandar, Berjualan Sandal Hingga Thailand bersama Shopee
Waluyo bilang, sehari dia bisa dapat Rp 200.000-an bahkan lebih ketika musim liburan seperti ini. Waluyo bercerita, dirinya mulai menarik becak dari pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Hingga tengah siang Rabu (27/11/2023) sudah ada dua penumpang yang ia antar.
“Di sini sistemnya paketan, Rp 50.00 dari museum dan berkeliling Keraton, nanti balik lagi. Harga untuk turis juga sama, tapi kadang kan tamu itu enggak sama, ada yang kasih lebih, ya tapi kita enggak minta,” jelasnya.
“Tapi tamu juga ada yang kadang minta anter nyari oleh-oleh, seperti makanan, atau batik,” ujarnya.
Waluyo yang tinggal di daerah Jl Veteran atau sekitar Alun-alun Selatan mengaku, di Keraton Surakarta, jarang ada wisatawan mancanegara. Sehingga kebanyakan yang ia antar adalah turis lokal, dan beberapa pekerja di keraton.
“Bule jarang ya, paling satu atau dua kali. Yang banyak bule itu di Kreaton Mangkunegara,” tegas dia.
Memang, menggunakan transportasi seperti motor dan mobil lebih efektif dan lebih cepat sampai ke tujuan. Berbeda dengan becak yang menggunakan tenaga manusia, yang sudah pasti jauh lebih lambat sampai ke tujuan.
Sebagai salah satu warisan budaya lokal, transportasi becak di Solo tidak dibatasi, dan ini menjadi alternatif pendapatan bagi masyarakat yang tingkat produktifitasnya sudah berkurang.
Baca juga: Kisah Sukses Wang Xiaokun Jadi Miliarder berkat Jualan Milk Tea
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.