Dari sudut pandang ini, risiko yang paling kecil adalah penanaman modal asing. Begitu investor asing melakukan investasinya, maka investasi tersebut sedikit banyak akan tertangkap.
Bagaimanapun juga, investasi tersebut tidak likuid. Bahkan jika perusahaan tersebut dapat dilikuidasi pada saat krisis, perusahaan mungkin akan dilikuidasi dengan harga yang jauh lebih rendah dan dalam mata uang domestik.
Dengan demikian, paling tidak, investor asing akan menanggung kerugian yang diderita negara penerima jika terjadi krisis seperti itu.
Bentuk keuangan yang paling tidak berisiko ke-dua adalah ekuitas portofolio. Meskipun investasi semacam ini pada umumnya jauh lebih likuid dibandingkan penanaman modal asing (FDI), investasi ini memiliki karakteristik lain yang sama: ketika terjadi krisis, investor secara otomatis ikut menanggung kerugian, baik karena pasar saham maupun (biasanya) nilai tukar anjlok.
Bentuk pendanaan ketiga yang paling tidak berisiko, dari sudut pandang negara penerima, adalah obligasi dalam mata uang domestik dengan jangka waktu relatif lama.
Meskipun sebagian besar obligasi memiliki kupon nominal tetap, nilai obligasi ditetapkan dalam mata uang domestik, bukan mata uang asing.
Keuntungan besar dari obligasi tersebut adalah menghilangkan konsekuensi buruk dari ketidaksesuaian mata uang ketika mata uang terpaksa mengalami devaluasi.
Perbedaan besar antara krisis mata uang di negara berpendapatan tinggi dan krisis mata uang di sebagian besar negara berkembang adalah adanya ketidaksesuaian mata uang di negara berpendapatan tinggi.
Jika suatu negara dengan kewajiban mata uang asing bruto yang besar melakukan devaluasi, maka beban utangnya akan melonjak seketika.
Jika banyak perusahaan swasta non-keuangan atau bank mempunyai kewajiban seperti itu, kemungkinan besar mereka juga akan mengalami kebangkrutan massal, seperti yang terjadi pada krisis keuangan Asia.
Bahaya ini terbatas hanya jika negara atau perusahaan tersebut mampu mencocokkan kewajiban mata uang asingnya dengan aset mata uang asing, atau setidaknya jika mereka memiliki pendapatan mata uang asing yang sangat besar.
Jadi jika suatu negara ingin membiayai dirinya sendiri di luar negeri, maka negara tersebut harus melakukannya melalui ekuitas atau obligasi dalam mata uang domestik.
Utang mata uang asing dan utang mata uang asing jangka pendek sangatlah berbahaya, mengingat risiko dari serangan tiba-tiba dari likuiditas pasar itu sangat berbahaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.