Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjajal Gurihnya Bubur Ayam Kampung "Nyemplung" yang Omzetnya Ratusan Juta Rupiah Per Bulan

Kompas.com - 25/01/2024, 06:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bubur ayam bisa jadi pilihan mudah ketika seseorang mencari sarapan di pagi hari. Umumnya bubur terdiri dari bubur dengan berbagai topping seperti cakwe, kerupuk, kacang kedelai, bawang goreng, daun bawang, dan ayam suwir.

Berbeda, Ratna dan suaminya Furqon membuat terobosan dengan bubur yang menggunakan ayam kampung di dalamnya. Usaha yang telah ditekuni sejak 2010 tersebut kini telah berbuah menjadi 12 outlet dan 2 foodtruck.

Pagi itu, seorang karyawan dengan lincah menyiapkan outlet yang baru buka. Beberapa karyawan lain tampak membersihkan meja dengan lap. Sedangkan beberapa lainnya sibuk meracik bubur untuk pelanggan yang baru selesai olahraga.

Di luar outlet, sebuah foodtruck sedang disiapkan untuk melayani penjual. Beberapa pasang meja dan kursi di tata untuk menampung pelanggan yang datang. Dengan celemek yang seragam dan tangan yang selalu menggunakan sarung tangan plastik, karyawan sigap meracik bubur di dalam mangkok.

Baca juga: Meracik Pendanaan Fintech Lending, antara Investor Institusi dan Ritel

Sampai saat ini Bubur Ayam Kampung "Nyemplung" telah membuka lapangan pekerjaan untuk 78 karyawan.

Bubur ayam kreasi Ratna ini merupakan menu yang kerap dimasak setiap akhir pekan untuk keluarga di rumah. Ia mengaku terinspirasi dengan kudapan bubur kawasan Asia, seperti bubur di Hongkong, Jepang, Korea Selatan, dan China.

Ratna menceritakan, bubur ayam ini bukan usaha kuliner yang pertama kali dikerjakan. Sebelumnya, ia sempat menjajal usaha kuliner seperti nasi padang, kuliner Sunda, hingga usaha jasa boga.

"Sudah bermacam-macam usaha kuliner yang dijalani, ternyata di bubur rejekinya, fokus di bubur," kata dia ketika ditemui Kompas.com di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Rabu (24/1/2024).

Baca juga: Modal Rp 500.000, Kini Warung Kopi Ini Raup Omzet Rp 50 Juta

Adapun, Ratna menjelaskan, nama Bubur Ayam Kampung "Nyemplung" dipilih karena bubur buatannya dimasak berbarengan dengan ayam kampung yang gurih.

Dengan begitu, bubur ini sudah memiliki cita rasa gurih meskipun tidak dimakan dengan toping lainnya. Bubur ini juga relatif memiliki daya tahan yang lama meskipun tidak menggunakan bahan pengawet.

"Cocok untuk orang sakit, jadi buburnya ada rasanya juga, untuk anak kecil juga suka, sampai yang dewasa," jelas Ratna.

Outlet Bubur Ayam Kampung "Nyemplung" bermula di Kota Wisata Cibubur, Jakarta Timur pada 2010.

Waktu itu, Ratna dan suami masih memiliki usaha warung makan Sunda. Namun, permintaan pesanan bubur ayam ternyata lebih tinggi.

"Saya mau tahu mana yang diminati, karena proses jualan itu luar biasa, banyak rintangan, sudah banyak kami belajar dari ini," ujar dia.

Adapun, saat ini sekitar 70 persen pelanggan Bubur Ayam Kampung "Nyemplung" lebih nyaman makan langsung di tempat. Sedangkan 30 persen pesanan datang melalui pesanan online. Berbeda, pada bulan puasa, pelanggan justru dominan datang dari pesanan online.

Baca juga: Cerita Jastiper dari Malang dan Banjarmasin Raup Omzet Puluhan Juta di Pameran Jakarta X Beauty

Pinjam ke "fintech lending"

Pada 2019, usaha Bubur Ayam Kampung "Nyemplung" ingin lebih berekspansi dan mengembangkan bisnisnya. Gayung bersambut, Findaya layanan finansial berbasis teknologi yang masuk ekosistem GoTo Financial menyediakan pinjaman melalui aplikasi GoBiz melalui GoModal.

Mulanya, Furqon mengambil pinjaman sebesar Rp 150 juta dari total plafon pinjaman senilai Rp 650 juta yang ditawarkan platform peer-to-peer lending tersebut.

Jumlah tersebut digunakan untuk pengembangan unit foodtruck sebagai satelit dari outlet yang sudah ada. Biasanya foodtruck miliknya berada di radius 5 kilometer dari outlet yang sudah ada.

Selain itu, pinjaman juga digunakan untuk merenovasi outlet yang sudah ada di kawasan Kranggan, Jakarta Timur.

"Informasinya dari GoBiz, lewat GoModal, kalau tidak salah dari Findaya. Tahunya dari aplikasi itu," terang dia.

Baca juga: Kisah Edy, Jual Bakso Pentol di Tengah Proyek Triliunan Rupiah Bernama IKN

Furqon mengaku, pinjaman melalui fintech lending lebih mudah dan cepat untuk kebutuhan yang dimilikinya sekarang. Hal itu terutama karena tidak adanya agunan dan pencairan di bawah 24 jam dalam perjanjian utang tersebut.

Sampai saat ini, ia sudah tiga kali melakukan pencairan melalui fintech lending ini.

Adanya pinjaman dana dari fintech lending ini membuat omzet bisnisnya meningkat hingga 25 persen dibandingkan sebelum menerima pembiayaan.

"Kami tidak ambil semua plafon pinjamannya, kami ambil sesuai kebutuhan saja," ungkap dia.

Sebagai gambaran, semula omzet Bubur Ayam Kampung "Nyemplung" berkisar antara Rp 800 juta per bulannya. Setelah adanya pembiayaan fintech lending, omzet per bulan dapat menyentuh Rp 1 miliar.

Tentu saja, hasil tersebut tidak didapatkan dengan instan. Setiap tahun, pasangan suami-istri ini tekun menabung untuk mengusahakan memiliki satu outlet baru. Dari outlet tersebut, harapannya memiliki satu foodtruck sebagai satelit.

Saat ini, Bubur Ayam Kampung "Nyemplung" baru memiliki 2 foodtruck, Harapannya ke depan, setiap outlet memiliki satu foodtruck. Foodtruck ini disebut efektif melayani pesanan online dari pelanggan yang jaraknya jauh dari outlet.

Mimpi variasi bisnis

Pada akhir pekan, tiap outlet Bubur Ayam Kampung "Nyemplung" mampu melayani hingga 500 porsi bubur. Jumlah tersebut belum ditambah dengan pesanan yang datang dari foodtruck.

Seporsi bubur ayam kampung biasa dibanderol dengan harga Rp 23.000, sementara bubur ayam dengan telor dijual dengan Rp 27.000. Pembeli bisa memilih tambahan makanan seperti sate ampela, sate telur, dan sate usus dengan harga Rp 4.000.

Outlet Bubur Ayam Kampung "Nyemplung" buka mulai pukul 6 pagi hingga 10 malam. Sementara foodtrucknya buka dengan dua sesi. Sesi satu mulai buka pukul 6 pagi sampai 12 siang, sedangkan sesi dua buka mulai pukul 5 sore hingga 10 malam.

Tak ingin berhenti berinovasi, Bubur Ayam Kampung "Nyemplung" juga membuka kemungkinan untuk membuka model bisnis waralaba atau franchise. Namun demikian, Ratna masih menimbang risiko yang dapat terjadi terutama perihal kualitas rasa.

Tak hanya sampai di sana, ia juga bermimpi membuat bubur ayam kampungnya dapat dijual menjadi kemasan instan yang dapat disajikan dengan mudah.

"Nanti lihat ada yang mau modalin atau tidak," tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com