Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rifda Naufalin
Dosen

Prof. Dr. Rifda Naufalin, S.P., M.Si. Lahir di Kudus pada 1970. Pendidikan kesarjanaan diselesaikan di Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Berkesempatan studi S2 di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bidang Ilmu Pangan. Gelar Doktor diperoleh dari Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (2002-2005) bidang Ilmu Pangan. Bekerja sebagai staff pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto sejak tahun 1995 hingga sekarang. Mengajar beberapa mata kuliah, yakni Kimia Pangan, Mikrobiologi Dasar, Mikrobiologi Pangan, Analisis Pangan, dan Manajemen Mutu Keamanan Pangan.

Lonjakan Harga Beras dan Krisis Pangan

Kompas.com - 26/02/2024, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SELAMA periode satu minggu terakhir, 19-25 Februari 2024, sebagian besar harga bahan makanan di tingkat pengecer di seluruh Indonesia mengalami kenaikan.

Menurut data Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras jenis premium naik sebesar 0,37 persen menjadi Rp 16.320 per kilogram (kg), sedangkan harga beras jenis medium naik sebesar 0,49 persen menjadi Rp14.290 per kg.

Meskipun demikian, harga beras masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp 10.900 - Rp 11.800 per kg untuk beras medium dan Rp 13.900 - Rp 14.800 per kg untuk beras premium berdasarkan Perbadan No.7/2023.

Kenaikan harga beras belakangan ini bisa menyulut krisis pangan karena dampaknya dapat merembet ke harga bahan makanan lainnya yang penting.

Kondisi pasar yang tidak stabil menyebabkan pasokan beras tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan, sehingga harga beras terus melonjak. Ini menunjukkan bahwa ada ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar.

Lonjakan harga beras mencerminkan situasi pasar sedang bergejolak mengakibatkan ketersediaan beras tidak dapat mengikuti permintaan.

Direktur utama Bulog Bayu Krisnamurthi menyatakan lonjakan harga dan kelangkaan stok beras disebabkan peningkatan bantuan beras dari pemerintah.

Produksi beras Indonesia telah mengalami penurunan sebesar 2,05 persen sejak 2023, turun dari 31,54 juta ton pada 2022 menjadi 30,90 juta ton pada 2023.

Meskipun lahan pertanian padi masih luas di Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat (NTB), produksi beras masih tidak mencukupi setiap tahun.

Lonjakan harga gabah di tingkat petani, termasuk di sentra-sentra produksi, juga menjadi masalah serius, bahkan telah melampaui Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sejak Maret 2023.

Akibatnya, kenaikan harga beras bagi konsumen menjadi tak terhindarkan.

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan lonjakan harga beras adalah harga pupuk yang tinggi.

Harga pupuk masih tinggi disebabkan konflik antara Rusia dan Ukraina, yang keduanya merupakan produsen utama bahan baku pupuk.

Ketahanan pangan Indonesia menghadapi ancaman serius akibat fenomena El Nino yang menyebabkan kemarau panjang sepanjang 2023.

Menurut Moh Ismail Wahab, Direktur Serealia Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, El Nino mengakibatkan potensi curah hujan menurun atau bahkan tidak turun sama sekali selama satu tahun, mengganggu jadwal tanam dan memaksa petani untuk menunda atau mengubah pola tanam.

Perubahan cuaca ini dapat mengganggu produksi pertanian, menyebabkan penurunan luas tanam, dan bahkan gagal panen.

Dampaknya adalah ketidakstabilan pasar, dengan peningkatan harga dan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.

Pemerintah telah melakukan impor beras sebagai upaya untuk memenuhi permintaan yang tinggi dan memastikan ketersediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) serta kebutuhan Bantuan Sosial.

Meskipun saat itu merupakan musim panen raya petani padi, pemerintah menyatakan bahwa impor tersebut diperlukan karena dampak El Nino yang menyebabkan penurunan produksi beras.

Namun, kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran akan ketergantungan dan potensi kebangkrutan bagi petani di Indonesia jika terus dilanjutkan.

Hampir setiap tahun pemerintah menghadapi tantangan serius terkait produksi beras yang tak sebanding dengan lonjakan konsumsi.

Langkah proaktif diperlukan untuk meningkatkan produksi beras dengan memperhitungkan potensi musim kemarau yang datang.

Sementara itu, program pangan alternatif harus didorong sebagai langkah cepat untuk mengatasi penurunan produksi beras dalam negeri.

Pemerintah juga harus fokus pada promosi pola makan yang seimbang serta diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan pada beras sebagai sumber karbohidrat utama.

Dengan langkah-langkah tepat, pemerintah dapat meningkatkan produksi beras, mengantisipasi musim kemarau, dan mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi pasokan beras di dalam negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

Whats New
Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Whats New
Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com