Sementara itu, untuk permasalahan pemasaran, pemerintah secara aktif memfasilitasi dan mendukung pameran Industri Furniture IFFINA oleh ASMINDO, KRIYANUSA oleh Dekranas, IFEX oleh HIMKI, dan SAEXPO 2023.
Baca juga: Menkop UKM Ingin Industri Furnitur Nasional Tak Hanya Jago Kandang
Kemudian dilakukan inisiasi pengembangan Indonesia Trading House (ITH) di China dan Singapura untuk mengembangkan pasar internasional.
"Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjamin ketersediaan bahan baku, memperkuat pasar dalam negeri dan meningkatkan ekspor yang pada gilirannya akan berkontribusi pada pendapatan daerah dan devisa negara," ucap dia.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat mengatakan, permintaan pasar terhadap furnitur ramah lingkungan diperkirakan mencapai 51,02 miliar dollar AS (Rp 798,3 triliun, kurs Rp 15.647) atau 8,6 persen secara global.
Estimasi ini disampaikan Dedy dalam acara Conference on Promoting Sustainable Furniture Ecosystem Leading to Net Zero Emission di Vivere, Serpong, Tangerang, Selasa (27/2/2024).
Baca juga: Pameran IFEX 2022 Resmi Digelar, Diharap Jadi Acuan Industri Furnitur Global
Dedy mengatakan, pertumbuhan permintaan tersebut bisa direspons secara bersama-sama sebagai peluang bagi pelaku usaha di industri mebel dan kerajinan.
"Kita respons secara dengan membuat pusat-pusat riset dan produksi furnitur ramah lingkungan di kawasan-kawasan industri," ujarnya.
Dedy juga mengatakan, meski ekonomi global belum pulih, industri ini menyumbangkan nilai ekspor yang signifikan, serta mendukung kegiatan industri pariwisata dan hospitality di dalam negeri dengan nilai hampir mencapai Rp 16 triliun.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya