Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wasiaturrahma
Guru Besar di FEB Universitas Airlangga

Pengamat Moneter dan Perbankan, Aktif menulis beberapa buku, Nara sumber di Radio dan Telivisi ,seminar nasional dan internasional juga sebagai peneliti

Euforia 21 Negara Tinggalkan Dollar AS

Kompas.com - 28/02/2024, 08:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PENGHENTIAN penggunaan dollar Amerika Serikat atau disebut dedolarisasi adalah proses penggantian dollar AS sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan antarnegara seperti minyak dan/komoditas lainnya.

Dua aliansi besar dunia, yaitu Association of Southeast Asian Nation atau ASEAN dan kumpulan negara BRICS juga telah secara resmi sepakat untuk tidak menggunakan dollar AS untuk perdagangan global sejak akhir 2023. Totalnya 21 negara.

Akankah posisi Amerika Serikat sebagai salah satu negara dengan ekonomi terkuat di dunia mulai terancam?

Saya tidak yakin, walaupun terlihat dari negara-negara dunia mulai berpikir untuk mengurangi penggunaan dolar AS dalam perdagangan dan investasinya.

Jalan bergelombang dedolarisasi

Langkah Bank Indonesia menambah daftar kerja sama transaksi menggunakan mata uang lokal atau local currency transaction dengan Bank Sentral negara lain perlu diapresiasi.

Pada 2024, Indonesia dan Korea Selatan akan mengimplementasikan transaksi tanpa dollar AS, baik untuk perdagangan, investasi, maupun finansial.

Penggunanaan local currency transaction (LCT) atau nama lain adalah local currency settlement (LCS) sangat bagus karena akan semakin mendorong hubungan perdagangan bilateral antara para pengusaha negara mitra.

Selain itu, mengurangi biaya transaksi berkat penyelesaian komoditas yang lebih efisien dan ketersediaan likuiditas yang terjamin, serta mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar.

Namun yang perlu kita lihat adalah kestabilan penggunaan LCT dari waktu ke waktu dalam transaksi perdagangan internasional atau bilateral.

Tidak hanya pada saat tertentu saja, saya melihat dollar AS sebagai mata uang cadangan internasional tidak akan tergantikan dalam waktu dekat oleh mata uang lainnya. Walaupun arahnya kesana, tapi jalan masih bergelombang.

Pada Oktober 2008, pasar keuangan AS terguncang karena subprime mortgage. Keruntuhan pasar perumahan di awal tahun dan jatuhnya perusahaan keuangan raksasa Lehman Brothers pada September, menimbulkan gelombang kepanikan di seluruh sistem keuangan.

Pasar surat-surat berharga korporasi hampir membeku, pasar saham ambruk, dan pasar dana keuangan besar, serta reserve primary fund, telah “menghancurkan uang” (nilai aset bersih menurun di bawah nilai nominal) dan mengancam akan mengambil seluruh uang tersebut. Sehingga market mengalami penurunan yang cukup signifikan saat itu.

Gelombang kejut dari krisis ini bergema di seluruh dunia. Preseden sejarah memperjelas apa yang akan terjadi.

Ketika negara-negara lain dilanda krisis keuangan atau krisis mata uang, dampaknya sama: investor domestik maupun asing akan keluar dan menarik modal keluar, serta membuang mata uangnya.

Tentu saja, krisis keuangan ini tidak hanya kejatuhan yang terjadi secara perlahan, melainkan kudeta terhadap dominasi dollar dalam keuangan global.

Kemudian sesuatu yang luar biasa terjadi, gelombang uang membanjiri Amerika, yang merupakan pusat krisis. Investor AS menarik modalnya dari luar negeri, sementara investor asing mencari tempat berlindung yang aman menambah arus masuk dana mereka.

Dari September hingga Desember 2008, pasar sekuritas AS mencatat arus masuk modal bersih (arus masuk dikurangi arus keluar) sebesar setengah triliun dollar, hampir seluruhnya berasal dari investor swasta.

Jumlah ini lebih dari tiga kali lipat total arus masuk bersih ke pasar sekuritas AS dalam 8 bulan pertama tahun itu. Arus masuk sebagian besar ke surat utang pemerintah yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan AS.

Sebaliknya, banyak negara maju lainnya, termasuk Jerman dan Jepang, mengalami arus keluar modal secara keseluruhan pada periode tersebut.

Dollar yang seharusnya nilainya anjlok, malah meningkat tajam terhadap hampir semua mata uang lainnya. Bahkan menguat terhadap mata uang utama negara maju lainnya kecuali Yen Jepang.

Harga surat berharga Treasury AS meningkat karena permintaannya melonjak. Sebagai konsekuensinya, suku bunga tetap rendah, bahkan setelah pemerintah menerapkan program belanja fiskal besar-besaran untuk mencegah keruntuhan pasar keuangan dan perekonomian.

Hal ini merupakan kebalikan dari respons suku bunga pada umumnya, yang cenderung meningkat ketika pemerintah meminjam lebih banyak untuk membiayai pengeluarannya.

Faktanya, imbal hasil obligasi Treasury 3 bulan bahkan berubah sedikit negatif pada hari-hari tertentu di bulan Desember. Para investor yang gelisah pada dasarnya bersedia membayar pemerintah AS atas hak istimewa untuk memegang sekuritas tersebut.

Kesimpulan, pengalaman sangat berharga pada 2008 tidak boleh kita sepelekan, meskipun mereka berdagang satu sama lain menggunakan mata uang mereka sendiri, mereka perlu memiliki mata uang jangkar untuk menentukan nilai tukar mata uang mereka terhadap satu sama lain. Mengapa demikian?

Karena mereka tidak memiliki mata uang tunggal seperti euro. Mereka dapat terus melakukan hal ini selama nilai tukar mata uang mereka terhadap jangkar tersebut stabil.

Jangkarnya bisa berupa dollar AS, Euro, atau mata uang lainnya seperti Yen Jepang atau Yuan/Renminbi Tiongkok, dan emas.

Namun emas juga tetap disetarakan dalam dolar AS. Jadi, memang benar mereka tidak harus menggunakan dollar AS untuk perdagangan bilateral maupun multilateral satu sama lain, namun jangkar tetap merupakan suatu keharusan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com