Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arip Muttaqien
Akademisi, Peneliti, dan Konsultan

Doktor ekonomi dari UNU-MERIT/Maastricht University (Belanda). Alumni generasi pertama beasiswa LPDP master-doktor. Pernah bekerja di ASEAN Secretariat, Indonesia Mengajar, dan konsultan marketing. Saat ini berkiprah sebagai akademisi, peneliti, dan konsultan. Tertarik dengan berbagai topik ekonomi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan internasional, Asia Tenggara, monitoring-evaluasi, serta isu interdisiplin. Bisa dihubungi di https://www.linkedin.com/in/aripmuttaqien/

Obligasi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Berkelanjutan

Kompas.com - 22/05/2024, 10:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lebih dari 2,100 BTS telah dibangun di enam provinsi, di mana 96 persen di antaranya terletak di Papua, Papua Barat, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.

Dari seluruh dana yang diterima, Kejar Paket A menyerap hampir separuh dari dana tersebut. Sementara itu, pembangunan menara BTS menyerap lebih dari sepertiga dari dana SDG Bond.

Indonesia layak mendapat apresiasi sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mengeluarkan SDG Bond, menunjukkan pendekatan pembiayaan inovatif untuk mengatasi kesenjangan finansial dalam mencapai SDG di Indonesia.

Berdasarkan ‘SDG Bond Allocation and Impact Report 2023’, Indonesia menerbitkan SDG Bond senilai 210 juta dollar AS atau Rp 3,26 triliun sebanyak dua kali pada tahun 2022.

Semua obligasi tersebut memiliki tenor 8 tahun, dengan kupon tahunan sebesar 7,38 persen dan yield antara 7,2 – 7,5 persen.

Dana yang diperoleh digunakan untuk pembiayaan berbagai kegiatan, termasuk: (1) biofortifikasi untuk meningkatkan kandungan nutrisi dalam benih padi, (2) Program Indonesia Pintar (PIP) untuk Madrasah Ibtidaiyah, (3) pendidikan dan pelatihan vokasi di bidang maritim dan perikanan, (4) Program Keluarga Harapan (PKH), (5) program rehabilitasi sosial untuk anak-anak, dan (6) Program Tenaga Kerja Mandiri (TKM).

Green Sukuk dan skema pembiayaan lainnya

Selain SDG Bond, Indonesia juga telah menerbitkan Green Sukuk senilai 1,25 miliar dollar AS pada 2018. Dana tersebut dialokasikan ke proyek-proyek ramah lingkungan yang sesuai dengan Kerangka Hijau (Green Framework) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Meskipun tidak secara eksplisit menggunakan label SDG Bond, inisiatif seperti ini dapat dianggap sebagai solusi pembiayaan untuk SDG.

Dari tahun 2018 hingga 2023, tercatat bahwa Green Sukuk global yang telah diterbitkan bernilai 6,9 miliar dollar AS melalui 10 penerbitan.

Dari total sukuk yang diterbitkan, 5 miliar dollar AS merupakan sukuk global, 1,5 miliar dollar AS berkategori ritel (retail), dan 0,5 miliar dollar AS adalah sukuk berbasis proyek (project-based sukuk).

Dari total pendanaan yang diterima, lebih dari 85 persen disalurkan ke tiga sektor utama: transportasi berkelanjutan (sustainable transport), ketahanan terhadap perubahan iklim (resilience to climate change), dan manajemen air dan pengelolaan air limbah yang berkelanjutan (sustainable water and wastewater management).

Sementara sisanya didistribusikan ke beberapa sektor lain, termasuk energi terbarukan (renewable energy), konversi energi dan manajemen sampah (waste to energy and waste management), bangunan hijau (green building), dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan (sustainable management of natural resources).

Mengutip kembali dari laporan FSDR 2024, defisit pembiayaan menjadi masalah utama yang harus diperhatikan oleh semua negara untuk mencapai SDG sesuai target, terutama dalam menghadapi tren global yang tidak biasa saat ini.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa diskusi mengenai sustainable finance mengalami peningkatan.

Dalam konteks Asia Tenggara, di mana saya pernah bekerja selama hampir empat tahun di ASEAN Secretariat, dua topik yang menjadi fokus utama adalah transformasi digital dan sustainable economic development.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com