Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uni Eropa: Program Makan Siang Gratis Efektif Memastikan Ketahanan Pangan, tapi...

Kompas.com - 03/07/2024, 14:17 WIB
Rully R. Ramli,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Denis Chaibi menilai, penanganan isu susut pangan dan limbah pangan (food loss and waste) menjadi penting bagi pemerintahan mendatang dalam rangka mendukung upaya penciptaan ketahanan pangan.

Denis menyadari, Presiden terpilih Prabowo Subianto memiliki fokus untuk menciptakan ketahanan pangan pada masa kepemimpinannya mendatang.

Ia pun menilai, salah satu program andalan Prabowo, yakni makan siang gratis atau kini disebut makanan bergizi gratis untuk anak sekolah, dapat mendukung penciptaan ketahanan pangan.

Baca juga: Bank Dunia Sebut Program Makan Siang Gratis Tidak Tepat Atasi Stunting, Ini Tanggapan Menko Airlangga

Prabowo Subianto meninjau program makan siang gratis di sekolah di Beijing, China, Selasa (2/4/2024). Dok. Gerindra Prabowo Subianto meninjau program makan siang gratis di sekolah di Beijing, China, Selasa (2/4/2024).

"Program pemberian makan di sekolah adalah cara efektif untuk memastikan ketahanan pangan," kata dia, dalam dalam Green Economy Expo 2024, di Jakarta, Rabu (3/7/2024).

"Tapi mengurangi sisa makanan juga merupakan cara yang cerdas untuk menciptakan ketahanan pangan," sambungnya.

Menurutnya, upaya penanganan isu food loss and waste di Indonesia dapat dilakukan dengan mudah, sebab tingkat limbah makanan di Indonesia masih menjadi salah satu yang tertinggi di antara negara G20.

Upaya penanganan "sisa makanan" dapat dilakukan mulai dari perbaikan kesadaran di level masyarakat, perbaikan tata kelola penyimpanan pangan, perbaikan sistem panen, hingga perbaikan penanganan pasokan. 

Baca juga: Sorotan Bank Dunia Terhadap Program Makan Siang Gratis

Dengan meminimalisir jumlah food loss and waste, Denis bilang, Indonesia dapat memberikan makanan untuk 28 juta orang setiap tahunnya.

"Jika kita bisa mengurangi food waste secara wajar, kita bisa memberikan makanan untuk 10 persen masyarakat," ujar Denis.

Menteri PPN Suharso Monoarfa saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (13/6/2024). KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA Menteri PPN Suharso Monoarfa saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (13/6/2024).
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, potensi kerugian dari food loss and waste mencapai Rp 551 triliun per tahun.

Potensi kerugian itu berasal dari sisa makanan yang seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan konsumsi sebagian masyarakat.

Baca juga: Membandingkan Anggaran Makan Siang Gratis Rp 71 Triliun dengan Pembangunan IKN

"Pemanfaatan sisa pangan yg masih layak konsumsi juga dapat memenuhi kebutuhan energi setidaknya sebanyak 62 persen dari total penduduk yang kekurangan energi," tutur dia, dalam Green Economy Expo 2024, di Jakarta, Rabu (3/7/2024).

Dengan melihat data tersebut, Suharso menekankan pentingnya strategi intervensi pengendelian susut dan sisa pangan untuk memaksimalkan potensi ekonomi sirkular.

Pada saat bersamaan, pengelolaan sust dan sisa pangan juga dapat berkontribusi mengatasi permasalahan lingkungan lewat penurunan emisi gas rumah kaca.

"Pengelolaan susut dan sisa makanan juga berkontribusi pada penurunan emisi hingga 1.702,9 Mt CO2-ek atau 7,3 persen dari total emisi gas rumah kaca Indonesia tahun 2019," tutur Suharso.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com