Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Butuh Dana, Pilih Pinjaman Online atau Bank?

Kompas.com - 12/03/2019, 09:41 WIB
Murti Ali Lingga,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menargetkan tingkat inklusi keuangan Indonesia tahun ini harus menyentuh 75 persen. Pasalnya, tahun sebelumnya inklusi keuangan masih terbilang rendah.

Salah satu yang dinilai menjadi pendorong upaya itu ialah kehadiran perusahaan financial technology (fintech) peer to peer (P2P) lending alias pinjaman online.

Fintech bisa memberikan keleluasasan akses serta layanan keuangan kepada masyarakat. Dalam hal ini masyarakat semakin dimudahkan untuk mendapatkan pinjaman, karena berbagai persyaratan yang lebih lunak dibandingkan bank konvensional.

Nah sebenarnya bila Anda butuh dana, mana yang akan didatangi? Bank atau fintech?

Perencana keuangan Zelts Consulting Ahmad Gozali, menyebut, bank dan fintech lending adalah dua lembaga yang memiliki peran memberikan pinjaman kepada publik. Namun, keduanya memiliki perbedaan yang mencolok dan bisa menjadi solusi.

Baca juga: Saatnya Perbankan dan Fintech Lending Kolaborasi

"Dua lembaga ini memberikan jenis pinjaman yang berbeda," kata Ahmad kepada Kompas.com, baru-baru ini.

Menurut Ahmad, dibutuhkan kecermatan untuk memutuskan pilihan pinjaman. Hal-hal yang bisa menjadi pertimbangan antara lain, seberapa banyak dana dibutuhkan, apakah dibutuhkan dengan segera atau tidak, dan lain-lain.

"Kalau mau cepat cair, jangka waktu pendek, dan syarat yang mudah, tentu saja fintech lending jadi jawabannya," ujarnya.

Namun jika membutuhkan dana pinjaman dengan jumlah yang besar, dengan segala kelebihannya, bank bisa menjadi pilihan.

"Kalau ingin pinjam uang dalam jangka panjang, jumlah besar, dan biaya juga lebih murah, jelas lebih enak ke bank," sebutnya.

Baca juga: Per Januari 2019, Pengguna Pinjaman Online Mencapai 5 Juta Rekening

Ahmad mengatakan, calon peminjam harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan itu ketika memutusakan meminjam dana segar, baik di bank maupun fintech lending. Hal paling mendasar ialah kemampuan untuk membayar kembali atau mengembalikan dana yang telah dipakai.

"Yang jelas adalah kemampuan bayarnya lagi. Apapun skemanya, semurah apapun bunganya, kalau enggak siap bayar lagi tentu akan jadi masalah. Pada prinsipnya semakin mudah syarat pinjaman maka akan semakin mahal juga biayanya dan sebaliknya," ucap dia.

Ia pun mengingatkan bahwa keputusan meminjam dana seharusnya dilakukan bila memang dalam keadaan benar-benar membutuhkan. Jadi meminjam bukan karena bisa atau mudah untuk mendapatkan pinjaman.

"Idealnya, pinjam karena ada perlu untuk meningkatkan daya beli. Paling bagus untuk sesuatu yang produktif, atau kalaupun tidak pinjaman bisa dipakai untuk pembelian barang besar yang sulit dibeli secara tunai. Terakhir meminjam karena kondisi darurat," sebutnya.

"Menariknya, masih ada orang yang pinjam uang hanya karena 'bisa' atau punya kesempatan untuk meminjam. Tanpa perlu tahu pinjamannya untuk apa. Mumpung ada kesempatan, ambil aja dulu," tambah dia.

Dengan demikian keberadaan berbagai layanan yang semakin memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman harus disikapi dengan bijak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com