Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Singapura Diprediksi Hanya 2,4 Persen Tahun Ini

Kompas.com - 18/03/2019, 16:19 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi Singapura diprediksi merosot ke 2,4 persen pada tahun 2019 ini. Hal ini disebabkan kondisi ekspor dan sektor manufaktur yang menantang.

Proyeksi tersebut berdasarkan laporan Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) yang dipublikasikan hari ini, Senin (18/3/2019). Pertumbuhan ekonomi Singapura tersebut sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.

Dilansir dari Business Times, ICAEW memandang, kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan ekspor yang melambat akibat peningkatan proteksionisme perdagangan dan permintaan impor China yang melambat. ICAEW juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara mencapai 4,8 persen pada 2019 dan 4,7 persen pada 2020.

Baca juga: Usia Pensiun di Singapura Bakal Dinaikkan Jadi Lebih dari 62 Tahun

Proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara pada 2018 yang mencapai 5,1 persen.

Angka proyeksi pertumbuhan ekonomi versi ICAEW pun sesuai dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Singapura versi Kementerian Perdagangan dan Industri, yang mematok pertumbuhan ekonomi mencapai kisaran 1,5 persen hingga 3,5 persen. Adapun proyeksi pertumbuhan ekonomi versi Otoritas Moneter Singapura (MAS) adalah 2,5 persen tahun ini.

Di kawasan Asia Tenggara, perekonomia mulai melambat dengan kinerja ekspor yang mulai kehilangan momentum. Berdasarkan laporan ICAEW, hanya Malaysia yang mencatat kinerja ekspor positif secara tahunan.

Baca juga: Singapura Gelontorkan Rp 3,1 Triliun untuk Genjot Inovasi Digital

"Tajamnya perlambatan pertumbuhan ekonomi China yang dipicu memburuknya keyakinan atau kembali mengemukanya ketegangan perdagangan AS-China akan berdampak pada perdagangan global dan pertumbuhan di kawasan," kata penasihat ekonomi ICAEW dan ekonom utama Asia Oxford Economics Sian Fenner.

Eksposur Singapura terhadap China berarti adanya risiko tambahan terhadap pertumbuhan ekonomi, yang menghantam permintaan domestik maupun melalui rantai pasok, menurut ICAEW.

Permintaan domestik Singapura diprediksi moderat, akibat lambatnya investasi residensial dan meningkatnya tantangan terhadap investasi bisnis. Adapun perang dagang dapat berpengaruh kepada sentimen swasta dan minat investasi, sementara momentum laba korporasi diprediksi juga melemah.

Baca juga: Sistem Transportasi Singapura Terbaik di Dunia

"Kami tetap menjaga outlook waspada terhadap perekonomian Singapura, sejalan dengan perlambatan perdagangan global serta dampak sektor manufaktur dan jasa Singapura yang sangat bergantung pada kondisi eksternal," ujar Mark Billington, direktur regional Asia Tenggara ICAEW.

Namun, sisi positifnya adalah, upaya pemerintah mendukung dunia usaha dan menggenjot investasi, khususnya dalam beradaptasi ke era Industri 4.0, dipandang ICAEW harus dilanjutkan dan mendorong investasi infrastruktur yang telah direncanakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com