Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Optimalkan Lahan Rawa, Kementan Gelontorkan Anggaran Rp 2,5 Triliun

Kompas.com - 30/04/2019, 09:00 WIB
Mikhael Gewati

Editor


KOMPAS.com
- Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mengoptimalkan lahan rawa untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber produksi padi. Tidak tanggung-tanggung, alokasi anggaran yang disiapkan mencapai Rp 2,5 triliun.

Melalui program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi), Kementan menargetkan pemanfaatan lahan rawa seluas 400.000 hektar (ha) yang tersebar di tiga provinsi yakni, Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

"Nilai sebesar itu digunakan untuk membangun jaringan irigasi tersier. Setiap hektar dibutuhkan sekitar Rp 4,3 juta," ujar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Sarwo Edhy, Senin (29/4/2019), seperti dalam keterangan tertulisnya.

Selain itu, Kementan menyiapkan pula dana tambahan sebesar Rp 1,2 triliun untuk pemenuhan kebutuhan sarana produksi, seperti benih, dolomit dan pupuk hayati serta pembinaan petani.

"Estimasi biaya untuk kebutuhan sarana produksi sebesar Rp2,01 juta per ha," sebut Sarwo Edhy.

Sarwo Edhy berharap, program pengembangan pertanian padi di lahan rawa bisa meningkatkan produksi pertanian di Tanah Air,  sehingga bisa menekan angka impor tidak di masa mendatang.

Untuk itu, dia meminta semua pihak turut mendukung dalam mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia melalui program Serasi.

"Pengembangan rawa melalui program Serasi ini diperlukan sinergi yang serius dari pemerintah daerah dan pusat," ujar Sarwo Edhy.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy, Selasa (10/4/2019).Dok Kementerian Tenaga Kerja Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy, Selasa (10/4/2019).

Keseriusan ini, kata dia, memiliki motivasi dan basis tujuan yang sangat kuat, yakni untuk meningkatkan indeks dan produksi pertanian.

Lebih dari itu, program ini juga dinilai program luar biasa karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga bermuara pada kesejahteraan.

"Tentu tujuan program ini untuk meningkatkan indeks kesejahteraan petani. Maka itu, kami juga sudah memberikan bantuan berupa benih unggul dan bermutu," katanya.

Mendorong petani milenial

Edhy menambahkan, program ini pun diharapkan mampu mendorong petani milenial masuk dan turun secara langsung ke sawah dan perkebunan Serasi. Langkah ini perlu dilakukan untuk memudahkan penggunaan teknologi yang diterapkan.

"Program tersebut mau tidak mau harus melibatkan petani milenial baik saat tanam maupun panen. Langkah ini untuk menggedor produksi dan bisa menstabilkan harga," ujarnya.

Untuk keberhasilan pengembangan lahan rawa, lanjut Sarwo Edhy, harus dilakukan pengawalan dan pendampingan, mulai dari olah tanah sampai pada pasca panen. Bahkan, jika perlu, sampai pada pemasaran.

Menurut dia, pengendalian secara komprehensif sangat penting untuk mengawal pencapaian target kinerja Program Serasi.

Sinergi yang baik dan optimal dalam pelaksanaan program Serasi diharapkan dapat mencapai kinerja yang baik dengan tingkat akuntabilitas yang optimal.

“Untuk itu, perlu dilakukan upaya peningkatan pengendalian dari seluruh unsur maupun sub unsur pengendalian secara menyeluruh. Baik dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian intern,” pungkasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Wall Street Variatif, Nasdaq Menguat ke Level Tertinggi

Wall Street Variatif, Nasdaq Menguat ke Level Tertinggi

Whats New
Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Whats New
Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Whats New
Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan 'Pertek' Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan "Pertek" Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Whats New
[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

Whats New
Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: 'Confirm' Disebabkan Internal 'Engine'

Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: "Confirm" Disebabkan Internal "Engine"

Whats New
Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com