Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sanggupkah Pemerintah Menurunkan Harga Tiket Pesawat?

Kompas.com - 03/05/2019, 07:02 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Permasalahan mahalnya harga tiket pesawat hingga kini tak juga mencapai titik temu. Padahal, permasalahan ini sudah menuai polemik sejak akhir tahun 2018 lalu.

Pemerintah sendiri belum juga mengambil tindakan yang berarti untuk menyelesaikan permasalahan ini. Sedangkan maskapai, tetap bersih keras enggan menurunkan harga tiket pesawat seperti sedia kala.

Alasannya, jika harga tiket pesawat diturunkan seperti semula, maskapai akan menelan kerugian. Sebab, menurut para maskapai biaya operasional perusahaan mereka terus membengkak.

Baca juga: Soal Harga Tiket Pesawat, Menhub Lempar Bola ke Menteri BUMN

Selama ini mereka bisa memberikan harga tiket yang murah dikarenakan perang harga antar maskapai. Mereka berlomba-lomba memberikan promo yang menarik kepada para penumpang demi bisa bersaing di industri penerbangan Indonesia.

Namun, lambat laun perang harga tersebut dianggap kian memberatkan. Atas dasar itulah mereka menaikan harga tiket pesawat hingga dianggap memberatkan masyarakat.

Maskapai pun bersikeras tak ada aturan yang mereka langgar dengan harga tiket pesawat yang berlaku sekarang ini. Sebab, harga yang mereka patok masih di bawah tarif batas atas yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan.

Baca juga: Tiket Pesawat Mahal, Okupansi Hotel Berbintang Menurun

Kementerian Perhubungan pun nampaknya tak bisa berbuat banyak. Mereka kerap mengimbau maskapai untuk menurunkan tarifnya.

Namun, imbauan tersebut tak diindahkan para maskapai. Malahan, sekarang Kemenhub melempar ‘bola panas’ ini ke Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, kunci utama penurunan harga tiket pesawat ada di Garuda Indonesia. Sebab Maskapai BUMN itu sebagai market dan price leader.

"Lebih baik teman-teman tanya Menteri BUMN, bagaimana Garuda me-lead, karena Garuda price leader. Dia tetapkan berapa, semua ikut," ujar Budi.

Baca juga: BPS: Tiket Pesawat Mahal, Jumlah Penumpang Domestik Drop

Dia mengatakan, tak bisa melakukan upaya menurunkan harga tiket pesawat di luar opsi ketentuan tarif batas atas dan tarif batas bawah.

"Enggak bisa lagi lebih dari itu. Undang-undangnya tidak ada, di dunia manapun tidak ada regulator ngatur tarif. Tidak ada," kata dia.

Mantan Direktur Utama Angkasa Pura II itu mengatakan, sudah cukup upaya Kementerian Perhubungan mencoba menurunkan harga tiket pesawat yang masih tinggi.

Baca juga: Menteri BUMN Sibuk, Rakor Tiket Pesawat Belum Terlaksana

Beberapa minggu lalu, Menhub memang merevisi regulasi. Namun tidak menurunkan tarif batas atas tetapi justru menaikkan tarif batas bawah dari 30 persen menjadi 35 persen.

"Sudah cukup. Saya menentukan batas atas dan batas bawah sudah cukup," kata dia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com