Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aberdeen: Pemenang Sejati Perang Dagang bukan AS atau China, tapi Asean

Kompas.com - 17/05/2019, 11:10 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Investment Director Aberdeen Standard Investment Indonesia Bharat Joshi menilai, pemenang perang dagang AS dengan China bukanlah ke dua negara ini, melainkan negara- negara Asean.

"Saya enggak tanya siapa yang menang dalam perang dagang ini. Kalau kita lihat pemenangnya justru negara-negara di Asean," ucap Bharat Joshi di Jakarta, Kamis (16/5/2019).

Ia memperkirakan, perang dagang antar kedua negara lebih menciptakan resesi ekonomi teknikal bagi AS dan China.

Jika AS terus menaikkan bea masuk produk asal China, maka jumlah barang yang masuk ke AS akan berkurang yang menyebabkan harga naik. Demikian halnya China yang akan kesulitan menemukan pembeli dari produk-produk buatannya.

Dari situ, besar kemungkinan bisnis baru akan mengalir ke Asia Tenggara. Banyak bisnis yang diharapkan mendiversifikasi rantai pasokan negara asing ke Asean.

"Karena kalau kita lihat, supply chain sekarang didominasi di negara China. Kalau perang dagang terus berlanjut, banyak perusahaan-perusahaan asing yang melihat perang dagang AS-China akan balance suply chain mereka ke negara-negara Asean, seperti Thailand dan Indonesia," ucap Bharat.

Hal ini tentu akan memberikan manfaat bagi pemasok lokal dari pergeseran pesanan di kawasan tersebut. Indonesia pun berada pada posisi yang baik untung menangkap peluang.

"Indonesia punya kesempatan. Ini adalah salah satu peluang negara Indonesia untuk menarik investasi asing langsung. Apalagi Presiden Jokowi telah menggenjot infrastruktur, ini akan memberi kesempatan investor asing membangun industri di Indonesia," tutur Bharat.

"Karena 2 dekade kemarin fokusnya adalah globalization, yaitu negara asing akan melihat negara lowest cost. Dengan adanya perang dagang tentu bukan China lagi yang dipilih, mereka akan mengambil negara-negara lain," lanjutnya.

Namun, Bharat memastikan masuknya FDI memang tidak bisa dilihat sekaligus dalam waktu dekat.

"Tapi peluang ini bukan hanya dilihat 6 bulan ke depan, ya. FDI akan masuk slowly but surely," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com