Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Bulan Pertama 2019, Uber Rugi hingga Rp 14 Triliun

Kompas.com - 31/05/2019, 06:33 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNN

NEW YORK, KOMPAS.com - Perusahaan transportasi on demand Uber mencatatkan merugi hingga 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14,4 triliun pada kuartal pertama 2019. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki jalan panjang yang penuh ketidakpastian hingga bisa mencetak profit.

Seperti dikutip dari CNN, secara keseluruhan Uber kehilangan hingga 1,01 miliar dollar AS di tiga bulan pertama 2019. Padahal tahun lalu, Uber berhasil meraup laba 3,75 miliar dollar AS setelah memutuskan untuk menyerahkan dua wilayah operasi di luar Amerika Serikat kepada pesaingnya.

Sebagai informasi, laporan keuangan kuartal I-2019 ini menjadi kali pertama bagi Uber untuk melaporkan hasil pendapatan sejak melantai di bursa AS awal bulan ini.

Baca juga: Melantai di Bursa, Saham Uber Terus Merosot

Debut Wall Street yang awalnya dinanti-nanti oleh Uber dengan cepat berubah menjadi bencana ketika harga saham mereka anjlok menjadi 42 dollar AS per lembar saham, di bawah harga IPO yang sebesar 45 dollar AS per lembar saham.

Adapun berdasarkan perdagangan saham Kamis (30/5/2019), saham Uber diperdagangan pada kisaran 40 dollar AS per lembar saham atau 11 persen lebih rendah dari harga IPO. Walaupun demikian, saham Uber naik 4 persen beberapa jam setelah laporan keuangan tersebut dirilis.

Uber membukukan pendapatan sebesar 3,1 miliar dollar AS pada kuartal pertama ini, meningkat 20 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Meski, pembukuan pendapatan tersebut dinilai standar bagi beberapa orang.

Adapun pendapatan perusahaan dari jasa transportasinya hanya tumbuh 9 persen dari tahun lalu. Segmen layanan terbaru, yaitu UberEats membukukan pertumbuhan pendapatan yang lebih pesat, yaitu mencapai dua kali lipat.

CEO Uber Dara Khorowshahi mengaku cukup puas dengan pertumbuhan di segmen layanan jasa pengiriman makanan ini. Sebab, persaingan untuk layanan jenis ini cukup kuat dan cukup sulit.

"Ini menantang. Di luar sana banyak pemain yang terdanai dengan baik, beroperasi dengan baik, dan mereka berkompetisi untuk menang," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com