Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya BI, Bank Sentral Lain juga Turunkan Suku Bunga

Kompas.com - 27/09/2019, 20:10 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

BADUNG, KOMPAS.com - Sepanjang tahun 2019, Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali menjadi 75 basis poin (bps). Salah satu alasannya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah risiko perlambatan ekonomi global.

Karena pelambatan ekonomi dunia, sejumlah bank sentral di 12 negara juga mengambil langkah serupa. Bank-bank tersebut antara lain Bank Sentral AS The Fed, bank sentral India RBI, hingga bank sentral Filipina, BSP.

“Dengan adanya pertumbuhan ekonomi global yang turun, trade war, volume dagang turun, Brexit, direspons oleh semua negara yang alami pertumbuhan melambat. Beberapa bank sentral akhirnya menurunkan suku bunga,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko di Badung, Bali, Jumat (26/9/2019).

Baca juga: BI Sudah Turunkan Suku Bunga Tiga Kali, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi?

Adapun bank sentral AS, The Fed telah menurunkan suku bunga sebanyak 25 bps menjadi 1,75 persen. Bank sentral India (RBI) dan bank sentral Filipina juga menurunkan suku bunga masing-masing menjadi 5,4 persen dan 4,25 persen.

"Nah untuk The Fed ini, pasar masih menebak-nebak juga apakah akan turun kembali sekali lagi di akhir tahun ini dan di awal tahun depan," sebut Onny.

Di sisi lain, Onny mengatakan, perlambatan ekonomi di AS dan beberapa negara penggerak ekonomi dunia seperti Eropa, Jepang, China, dan India akan sedikit banyak berpengaruh bagi Indonesia.

Pasalnya, perlambatan itu akan mempengaruhi PDB dunia yang akhirnya menurunkan volume perdagangan. Indonesia yang ekspornya bertopang pada komoditas tentu berdampak pada penyusutan ekspor.

"Ketika ekonomi global susut, kita susut juga karena komoditi bergantung sekali dengan kondisi ekonomi. Kita sensitif terhadap eksternal," ucap Onny.

Baca juga: BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,25 Persen

Kendati demikian, Indonesia memiliki nilai lebih dibanding negara-negara emerging market, yakni soal tepatnya kebijakan fiskal yang diambil BI saat kondisi ekonomi dunia tengah meradang. Hal ini yang menjadi dasar investasi asing terus masuk sehingga mampu menumbuhkan ekonomi.

"Ini yang menjadi kekuatan. Memang ada beberapa faktor yang lemah, seperti CAD. Tapi kebijakan yang sangat baik menanggapi ekonomi global menjadi kekuatan tersendiri ketimbang negara emerging market yang lain. Masih bagus, tapi enggak strong (dibanding FDI)," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com