Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Dunia Lesu, Tiga Sektor Ini Diprediksi Bakal Bergairah pada 2020

Kompas.com - 05/11/2019, 07:03 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah sektor disinyalir akan tetap bergairah pada tahun 2020 meski ekonomi dunia tengah melambat.

Ekonom Senior INDEF Aviliani mengatakan, setidaknya terdapat tiga sektor yang terlihat masih menunjukkan hasil menggembirakan bila dilihat dari supply dan demand alias permintaan dan penawaran.

"Kalau dilihat dari pasar terkait supply dan demand, yang masih akan bergairah yaitu sektor makanan dan minuman. Kemudian yang berkaitan dengan BPJS Kesehatan, seperti obat-obatan. Kendati naik, biasanya kelas atas tidak terpengaruh," kata Aviliani di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/11/2019).

Aviliani menyebutkan, kedua hal itu akan semakin bergairah karena banyak orang telah mengerti pola hidup sehat sehingga mereka akan lebih selektif pula dalam memilih makanan.

Baca juga: BI Ingin Sektor Digital Jadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru

Oleh karena itu, hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, seperti makanan dan minuman serta BPJS Kesehatan (obat-obatan), disinyalir bakal tumbuh pada tahun 2020.

"Jadi sekarang orang menengah ke atas itu lebih sadar kesehatan. Makanan kesehatan dan organik akan tumbuh bagus. Sementara BPJS, kan BPJS terus jalan meski naik. Mau tidak mau orang klaim juga besar-besaran. Apalagi semua perusahaan wajib punya BPJS," ungkap Aviliani.

"Ada dua faktor. Satu karena BPJS kita jalan, mau tidak mau orang klaim juga besar-besaran," imbuhnya.

Adapun sektor ketiga, kata Aviliani, adalah sektor telekomunikasi dan informasi. Aviliani menuturkan, sektor itu bakal terus tumbuh karena pola investasi masyarakat semakin meluas.

Saat ini, dia bilang, banyak orang sudah mulai berinvestasi di e-commerce dan fintech.

"Terlebih saat ini banyak perusahaan besar yang akan membangun ekosistem fintech," ujarnya.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Tak Sampai 5 Persen jika....

Kendati demikian, ada pula sektor-sektor yang pertumbuhannya bergerak cukup sulit pada 2020, seperti sektor properti.

"Yang lebih selektif adalah pada sektor properti. Properti artinya tetap tumbuh, tapi agak selektif, tumbuhnya tidak besar-besaran. Mungkin 2022 baru akan tumbuh," ucap dia.

Aviliani berkata, sektor properti erat kaitannya dengan komoditas. Dia memprediksi, komoditas belum mencapai pertumbuhan yang memuaskan sampai tahun 2022 sehingga sektor properti akan lebih selektif.

"Dua tahun ke depan masih akan berat, di mana harga komoditas masih belum baik. Biasanya ekonomi Indonesia akan tergantung dengan komoditas. Makanya sektor jasa, terutama pariwisata itu digenjot kan, itu sebetulnya trade off dari komoditas," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com