JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah sektor disinyalir akan tetap bergairah pada tahun 2020 meski ekonomi dunia tengah melambat.
Ekonom Senior INDEF Aviliani mengatakan, setidaknya terdapat tiga sektor yang terlihat masih menunjukkan hasil menggembirakan bila dilihat dari supply dan demand alias permintaan dan penawaran.
"Kalau dilihat dari pasar terkait supply dan demand, yang masih akan bergairah yaitu sektor makanan dan minuman. Kemudian yang berkaitan dengan BPJS Kesehatan, seperti obat-obatan. Kendati naik, biasanya kelas atas tidak terpengaruh," kata Aviliani di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/11/2019).
Aviliani menyebutkan, kedua hal itu akan semakin bergairah karena banyak orang telah mengerti pola hidup sehat sehingga mereka akan lebih selektif pula dalam memilih makanan.
Baca juga: BI Ingin Sektor Digital Jadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru
Oleh karena itu, hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, seperti makanan dan minuman serta BPJS Kesehatan (obat-obatan), disinyalir bakal tumbuh pada tahun 2020.
"Jadi sekarang orang menengah ke atas itu lebih sadar kesehatan. Makanan kesehatan dan organik akan tumbuh bagus. Sementara BPJS, kan BPJS terus jalan meski naik. Mau tidak mau orang klaim juga besar-besaran. Apalagi semua perusahaan wajib punya BPJS," ungkap Aviliani.
"Ada dua faktor. Satu karena BPJS kita jalan, mau tidak mau orang klaim juga besar-besaran," imbuhnya.
Adapun sektor ketiga, kata Aviliani, adalah sektor telekomunikasi dan informasi. Aviliani menuturkan, sektor itu bakal terus tumbuh karena pola investasi masyarakat semakin meluas.
Saat ini, dia bilang, banyak orang sudah mulai berinvestasi di e-commerce dan fintech.
"Terlebih saat ini banyak perusahaan besar yang akan membangun ekosistem fintech," ujarnya.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Tak Sampai 5 Persen jika....
Kendati demikian, ada pula sektor-sektor yang pertumbuhannya bergerak cukup sulit pada 2020, seperti sektor properti.
"Yang lebih selektif adalah pada sektor properti. Properti artinya tetap tumbuh, tapi agak selektif, tumbuhnya tidak besar-besaran. Mungkin 2022 baru akan tumbuh," ucap dia.
Aviliani berkata, sektor properti erat kaitannya dengan komoditas. Dia memprediksi, komoditas belum mencapai pertumbuhan yang memuaskan sampai tahun 2022 sehingga sektor properti akan lebih selektif.
"Dua tahun ke depan masih akan berat, di mana harga komoditas masih belum baik. Biasanya ekonomi Indonesia akan tergantung dengan komoditas. Makanya sektor jasa, terutama pariwisata itu digenjot kan, itu sebetulnya trade off dari komoditas," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.