Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hong Kong dan Singapura Hadapi Resesi, Bagaimana Dampak ke RI?

Kompas.com - 05/11/2019, 15:29 WIB
Mutia Fauzia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menilai resesi yang dialami Hong Kong dan dinilai tengah mengancam Singapura tak memberi dampak signifikan terhadap perekonomian dalam negeri.

Sebab, Airlangga mengatakan, perekonomian dalam negeri didominasi oleh konsumsi domestik.

"Ya kalau perekonomian Indonesia kan kita punya domestik market yang cukup bagus," ujar Airlangga ketika ditemui di kantornya, Selasa (5/11/2019).

Baca juga: Resesi Ekonomi Mengancam, Bagaimana Nasib Likuiditas Perbankan 2020?

Selain itu, perdagangan RI dengan Hong Kong dinilai tak begitu besar. Menurut Airlangga, peran Hong Kong terhadap perdagangan Indonesia lebih ke pada transhipment atau tempar transit perdagangan RI ke China. 

"Hong Kong kan transhipment ke China. Tapi sekarang fungsinya sudah banyak berubah karena sekarang perdagangan dengan China langsung," ujar dia. 

Sebagai informasi, Singapura dan Hong Kong tengah berada di ambang resesi. Meski Singapura sendiri belum jatuh ke jurang resesi seperti Hong Kong, namun pertumbuhan ekonominya masih rendah dan terancam resesi.

Baca juga: Ini Penyebab Gangguan Internet Telkomsel

Pertumbuhan ekonomi Singapura secara tahunan atau year on year di kuartal III-2019 dibandingkan kuartal III-2018 hanya tumbuh 0,1 persen.

Indonesia sendiri telah melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang dinilai bisa mengerek potensi perekonomian dalam negeri.

Airlangga menilai, keberadaan RCEP yang ditandatangani oleh 10 negara ASEAN, Selandia Baru, Australia, Jepang, China, dan Korea Selatan, bisa menangkal perekomian dalam negeri dari dampak resesi Hong Kong.

"Ya karena kan RCEP jauh lebih besar dari pada Hong Kong dan yang lain," jelas Airlangga.

Baca juga: Hong Kong Alami Resesi Pertama dalam 10 Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com