Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR Pertanyakan Mahalnya Penerbangan Haji di RI

Kompas.com - 05/12/2019, 20:14 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang mempertanyakan mahalnya harga penerbangan haji di Indonesia.

Pasalnya menurut dia, komponen terbesar mahalnya berangkat haji adalah karena transportasi menuju Mekkah yang saat ini menggunakan maskapai pelat merah Garuda Indonesia maupun Saudi Arabian Airlines.

"Selama ini kita lihat komponen terbesar dana haji ini bidang transportasi. Kenapa bisa mahal harga tiketnya, Garuda? Angkasa Pura katanya mahal parkirnya, Pertamina kemahalan avturnya. Ini demi jemaah haji kita lho, ya," kata Marwan di Jakarta, Kamis (5/12/2019).

Baca juga: Pertamina Siapkan 21.861 Kiloliter Avtur untuk Penerbangan Haji

Marwan menuturkan, mahalnya dana haji membuat sebagian pihak terpaksa menunda pemberangkatan hingga uang itu terkumpul. Menurut Marwan, perbedaan biaya Rp 1 juta saja berarti banyak bagi jamaah.

"Sebagian besar jamaah haji kita ini menabung bertahun-tahun. Ada kuli panggul, nelayan, dan lain-lain. Maka pertambahan Rp 1 juta saja bisa membatalkan orang pergi haji," tutur Marwan.

Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah menyatakan mahalnya dana haji bukan karena Garuda Indonesia mengambil untung (margin) yang tinggi.

Sebaliknya, mahalnya dana haji karena harga bahan bakar avtur yang melambung tinggi.

"Kalau kita bicara mengenai cost, ada beberapa biaya besar. Tapi yang terbesar terdapat pada sewa pesawat dan bahan bakar yang mencakup 80 persen, kemudian 20 persennya baru biaya lain-lain," ucap Pikri di kesempatan yang sama.

Baca juga: Lion Air Terbangkan 67.457 Jemaah Haji dari Embarkasi Asia hingga Eropa

Dia pun mengaku tidak ingin memberatkan jamaah haji tiap tahunnya dan terus berusaha sebaik mungkin untuk memberikan harga yang wajar.

"Mudah-mudahan harga fuel lebih murah, nilai tukar murah. Intinya kami tidak ingin memberatkan, kita berusaha sebaik mungkin agar tidak ada kenaikan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com