Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kejar Target Inklusi Keuangan 90 Persen, Ini Strategi OJK

Kompas.com - 15/10/2020, 18:35 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis mampu mencapai target tingkat inklusi keuangan 90 persen pada 2024, sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo.

Anggota Dewan Komisioner Bidang Komunikasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Tirta Segara mengatakan, optimistis itu muncul karena tingkat inklusi keuangan sudah meningkat jadi 76,2 persen pada 2019 silam.

"Kami optimistis target 2024 bisa tercapai. Kemarin (tahun 2019) kami survei 12.700 responden di 34 provinsi, hasilnya 76,2 persen. Kami cukup optimis itu bisa tercapai," kata Tirta dalam konferensi pers, Kamis (15/10/2020).

Baca juga: Pemerintah Akan Kembali Lelang Surat Utang Negara Maksimal Rp 40 Triliun

Namun pihaknya tak memungkiri belum mengetahui seberapa besar peningkatan inklusi keuangan tahun 2020 ini. Pasalnya survei terakhir kali dilakukan pada akhir 2019.

Survei inklusi dan literasi keuangan diadakan 3 tahun sekali. Dengan kata lain, survei kembali diadakan bakal tahun 2022 mendatang.

Tapi yang pasti, tingkat inklusi keuangan pada survei terakhir kali sudah meningkat menjadi 76,2 persen, lebih tinggi dibanding 69 persen pada 3 tahun sebelumnya. Sedangkan tingkat literasi keuangan baru 37 persen.

"Ini juga yang mendorong pelaksanaan BIK (Bulan Inklusi Keuangan) tahun ini, yakni arahan Presiden RI tanggal 28 januari yang lalu, yang menargetkan inklusi keuangan menjadi 90 persen tahun 2024. Itu angka yang cukup tinggi," papar Tirta.

Selain melalui Bulan Inklusi Keuangan, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah strategi. Strategi tersebut berasal dari review strategi keuangan inklusi pada tahun 2017. Dari situ, OJK mendorong 4 aspek utama untuk diperbaiki.

Baca juga: BUMN Nuklir Ini Mau Dimasukan ke Holding BUMN Farmasi

Empat aspek utama tersebut terdiri dari audience, tematik, sektoral, dan regional. Aspek audience misalnya, pihaknya perlu memberikan pengetahuan keuangan inklusif sesuai dengan produk keuangan yang dibutuhkan audience.

Pelajar, petani, hingga nelayan, tentu membutuhkan produk keuangan yang berbeda, sehingga materinya pun harus dibedakan.

"Kedua dari sisi tematiknya. Kalau ke sekolah umum, kami perkenalkan konsep konvensional. Kalau pesantren atau madrasah, tematiknya pada keuangan/ekonomi syariah," ujar Tirta.

Kemudian dari aspek sektoral, pihaknya perlu memperkenalkan jenis produk sesuai dengan rentang usia dan minat masing-masing. Misalnya untuk milenial, diperkenalkan soal pasar mod, sedangkan untuk petani diperkenalkan konsep menabung dan asuransi.

"Keempat, regional. Daerah yang tingkat inklusi keuangannya belum tinggi, di situ kita gencarkan dan fokus pada target audience," pungkas Tirta.

Informasi saja, indeks inklusi keuangan di Indonesia yang berada di angka 76,2 persen pada 2019 masih lebih rendah dibanding negara-negara emerging market.

Di India dan China misalnya, indeks inklusi keuangan telah mencapai 80 persen. Indonesia tercatat tertinggal dibanding beberapa negara lain di ASEAN. Pada 2017, indeks inklusi keuangan Malaysia telah mencapai 85 persen dan Thailand mencapai 82 persen.

Baca juga: Bio Farma Dipercaya CEPI untuk Produksi Vaksin Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Work Smart
BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Spend Smart
SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

Whats New
Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com