Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Mahal, Ini Strategi Kementan Genjot Produksi Lokal

Kompas.com - 05/01/2021, 10:05 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bakal fokus melipatgandakan produksi kedelai lokal di tahun 2021. Ini sebagai respons terhadap mahalnya harga kedelai impor.

Pasokan kedelai dalam negeri memang sebagian besar berasal dari impor, kontribusi kedelai lokal masih rendah. Sehingga gejolak harga kedelai di pasar global sangat mempengaruhi harga di dalam negeri.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, masalah mahalnya kedelai yang ada saat ini akibat kontraksi global. Menyikapi itu, program untuk menggenjot produksi kedelai lokal pun telah disiapkan dan implementasi di lapangan dilakukan dalam 200 hari.

Baca juga: Mentan Buka-bukaan Soal Alasan Sulitnya Swasembada Kedelai

"Kami sikapinya dengan siapkan langkah kongkret mendorong petani tingkatkan produksi. Program aksi nyatanya kami susun, tapi bagi kami yang terpenting bagaimana dapat diimplementasikan di lapangan. Ini yang kami pastikan," ujarnya dalam keterangan resminya, Selasa (5/1/2021).

Menurut dia, program kongkret dilakukan dengan perluasan areal tanam dan meningkatkan pelibatan integrator, pengembang kedelai, unit-unit kerja Kementan dan pemerintah daerah.

"Kami bergerak cepat, sehingga produksi kedelai dalam negeri meningkat," kata Syahrul.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menambahkan, langkah nyata yang dilakukan Kementan guna dorong produksi kedelai di tahun ini, diantaranya percepatan budidaya di klaster-klaster dengan integrator.

Pada 2021 Kementan telah menyiapkan bantuan pengembangan kedelai di Provinsi Sulawesi Utara seluas 9.000 hektar, Sulawesi Barat 30.000 hektar, dan Sulawesi Selatan 9.000 hektar.

Baca juga: Soal Polemik Kedelai Impor, Mentan: Saya Tidak Mau Janji Dulu

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Waspada Modus Penipuan Keuangan Baru yang Mengincar Masyarakat pada 2024

Waspada Modus Penipuan Keuangan Baru yang Mengincar Masyarakat pada 2024

Whats New
Menkominfo: Jurnalistik Harus Investigasi, Masa Harus Dilarang...?

Menkominfo: Jurnalistik Harus Investigasi, Masa Harus Dilarang...?

Whats New
Maskapai Emirates Buka Lowongan Kerja di Jakarta, Lulusan SMA Bisa Daftar

Maskapai Emirates Buka Lowongan Kerja di Jakarta, Lulusan SMA Bisa Daftar

Whats New
Didukung Konsumsi yang Tinggi, Prospek Bisnis Distribusi Beras Dinilai Makin Cerah

Didukung Konsumsi yang Tinggi, Prospek Bisnis Distribusi Beras Dinilai Makin Cerah

Whats New
PGN Lunasi Utang Obligasi Dollar AS Pada 2024

PGN Lunasi Utang Obligasi Dollar AS Pada 2024

Whats New
Sandiaga: Investasi di Sektor Parekraf Capai Rp 11 Triliun di Kuartal I 2024

Sandiaga: Investasi di Sektor Parekraf Capai Rp 11 Triliun di Kuartal I 2024

Whats New
Kelas 1,2,3 Diganti Jadi KRIS, Ini Penjelasan Dirut BPJS Kesehatan

Kelas 1,2,3 Diganti Jadi KRIS, Ini Penjelasan Dirut BPJS Kesehatan

Whats New
Harga Bahan Pokok Selasa 14 Mei 2024 Mayoritas Naik

Harga Bahan Pokok Selasa 14 Mei 2024 Mayoritas Naik

Whats New
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok Lewat SSCASN

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok Lewat SSCASN

Whats New
Lowongan Kerja Astra Honda Motor, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja Astra Honda Motor, Ini Posisi dan Persyaratannya

Work Smart
Harga Emas Terbaru 14 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 14 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Perilaku Petugas Penagihan 'Fintech Lending' Paling Banyak Diadukan Masyarakat

Perilaku Petugas Penagihan "Fintech Lending" Paling Banyak Diadukan Masyarakat

Whats New
Imbas Kasus Kekerasan, Kemenhub Tidak Buka Penerimaan Taruna Baru STIP Jakarta Tahun Ini

Imbas Kasus Kekerasan, Kemenhub Tidak Buka Penerimaan Taruna Baru STIP Jakarta Tahun Ini

Whats New
Sri Mulyani Lagi-lagi Bertemu Pimpinan Bea Cukai, Bahas Keluhan Masyarakat

Sri Mulyani Lagi-lagi Bertemu Pimpinan Bea Cukai, Bahas Keluhan Masyarakat

Whats New
Mengapa Malaysia dan Singapura Hambat Industri Semikonduktor Indonesia?

Mengapa Malaysia dan Singapura Hambat Industri Semikonduktor Indonesia?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com