BOGOR, KOMPAS.com – Seorang pria bernama Muhammad Farid (20) berhasil membangun usaha keripik pisang dari modal Rp 200.000 di tahun 2020 kini beromzet jutaan per minggu.
Pria yang berasal dari Kabupaten Citereup, Bogor ini mengaku rela berhenti kerja untuk memulai usahanya sebagai entrepreneur.
Sebelum memulai bisnis ini, Farid adalah seorang penjaga toko dengan penghasilan bulanan.
Baca juga: Tips Bisnis Jualan Baju agar Laris Manis
Namun, menyadari pekerjaan yang ia jalankan tidak memiliki prospek yang cerah untuk masa depannya, Farid nekat berhenti kerja dan memulai usaha membuat keripik pisang dengan merek dagang "Kelipik Picang".
“Saya waktu itu cuma memegang uang Rp 200.000 dan nekat jalan, alhamdulilah sampai sekarang, omzetnya sekitar Rp 1,5 juta seminggu,” kata Farid kepada Kompas.com, Minggu (26/5/2021).
Farid mengatakan, dalam memulai usahanya ini ia mengaku belum memiliki basic apapun, utamanya dalam mengolah pisang menjadi keripik.
Namun, ia terus melakukan riset dan melihat potensi serta peluang yang mungkin bisa ia manfaatkan dan ia kembangkan dari jenis makanan yang terlalu biasa seperti keripik pisang.
Dari hasil riset secara online, ia juga belajar cara mengolah pisang menjadi keripik agar produk yang dihasilkan bisa bertahan lama.
Baca juga: Mengilap di Awal Pandemi, Kini Bisnis Ikan Cupang Mulai Redup
Farid juga nelajar bagaimana berinovasi dari mulai ragam rasa dan juga desain kemasan.
Dalam proses pengembangan dan pemasaran produk, Farid juga bergabung dengan komunitas UMKM di daerahnya, Sahabat Dagang Milenial (SDM) yang berfokus mengembangkan produk UMKM lokal.
“Saya memang tidak punya basic di situ, riset dan coba-coba sendiri, dari modal yang saya miliki bahakan setengahnya pernah gagal, dan alhamdulilah setengahnya lagi bisa berjalan. Saya juga sejak memulai usaha, bergabung dengan komunitas agar bisa lebih memudahkan,” ujar dia.
Farid mengungkapkan, dalam prose pemasarannya, ia sempat memiliki reseller produknya yang berada di kawasan Ciawi, Tangerang, dan Cianjur.
Namun, kondisi pandemi yang belum juga reda sampai saat ini, beberapa toko tersebut tutup, dan terpaksa untuk sementara waktu beberapa reseller tidak berjalan menjual produknya.
Baca juga: Ini 3 Strategi agar Bisnis Bertahan Hadapi Perubahan Tren
Namun demikian, ia tidak patah arang dan tetap mencoba peruntungan dari kanal yang ada, misalkan saja lingkungan pertemanan, sosial media, hingga e-commerce.
Ia mengaku, penjualan yang paling menguntungkan sejau ini adalah melalui circle pertemanan, hingga ia mampu memproduksi dan menjual sekitar 400 kemasan per bulannya.