Kemarin siang beredar di beberapa WAG berita tentang Jaya Suprana yang meninggal dunia karena Covid setelah dirawat selama 1 bulan.
Agak kaget juga saya, karena beberapa hari sebelumnya saya masih berbincang dengan beliau dan bahkan satu hari sebelum berita duka masih terlihat postingan Jaya Suprana di salah satu WAG.
Segera saya kontak beliau dan tidak sampai tone panggilan berdering dua kali sudah terdengar suara Jaya Suprana berseru Halo yang langsung saya respon dengan halo salam sehat pak Jaya.
Baca juga: Ikappi Sebut Hoaks soal Vaksin dan Covid-19 Masih Kuat di Pasar Tradisional
Saya tidak menanyakan tentang berita duka. Saya hanya mengatakan bahwa ada beredar berita hoaks, yang langsung saja dijawab oleh Jaya Suprana, bukan hoaks, itu berita benar ini Anda tengah berbicara dengan arwah saya. Dengan
tertawa lebar saya sambut dengan iya benar pak Jaya ini juga Pak Jaya tengah berbicara dengan arwah saya, ha ha ha ha ha ha.
Itulah sekelumit kisah dari demikian banyak berita ngawur yang simpang siur belakangan ini. Jaya Suprana diberitakan telah meninggal dunia. Padahal orangnya masih sangat segar bugar.
Gejala ini, mungkin memang sudah harus kita terima sesuai dengan agama dan kepercayaan masing masing. Kita terima sebagai rasa maklum bahwa pada umumnya kita semua memang tengah “galau”.
Teringat kemudian bahwa anak saya bulan lalu baru saja meluncurkan bukunya yang baru dari serial “Suasana Hati”, terdiri dari 3 buku anak anak yang masing masing berjudul “Bila Aku Bosan” , “Bila Aku Kesepian” dan “Aku Mau Meledak”. Sebuah refleksi yang sebenarnya mewakili hampir semua orang ditengah merajalelanya pandemic covid 19 yang telah melahirkan protokol kesehatan dengan varian yang bernama PPKM.
Di tengah turbulensi pandemic covid 19 dengan protokol kesehatan yang sangat mengikat, dampak yang dialami oleh anak anak di rumah dipastikan akan mempengaruhi langsung kepada orang tuanya.
Bagi orang tua sebuah kesulitan tersendiri dalam mencoba memberikan pengertian kepada anak anaknya tentang hal itu.
Kesulitan ini tidak berdiri sendiri akan tetapi diikuti lagi dengan kesibukan yang tidak mudah untuk dikelola dalam hal harus mendampingi anak anak dalam mengikuti kelas virtual di rumah.
Pada kondisi yang seperti itu, tidak hanya anak-anak yang membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan irama mekanisme kegiatan yang baru. Sang Ibu pun akan serta-merta kewalahan untuk menghadapinya.
Itu baru kegiatan rutin sekolah yang tiba tiba saja harus pindah ke dalam rumah dengan perangkat laptop atau Ipad atau Hp.
Di samping harus meyakinkan jaringan wifi yang terpasang di rumah dapat diandalkan, maka ketersediaan perangkat laptop dan sebagainya juga harus dapat tersedia sesuai kebutuhan.
Belum lagi beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang tetap harus bisa berjalan. Persoalannya adalah bahwa itu semua telah membuat waktu sang Ibu tersita luar biasa untuk penyelenggaraan sekolah virtual dan ekstra kurikuler.
Baca juga: AirNav Pastikan Video Viral yang Menampilkan Penerbangan Berisi WNA Hoaks