Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menko Airlangga: Bioavtur Punya Potensi Pasar Rp 1,1 Triliun

Kompas.com - 06/10/2021, 16:48 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemanfaatan campuran bahan bakar bioavtur 2,4 persen atau J2.4 melalui uji terbang pesawat CN235-200 FTB, telah berhasil dilakukan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, bahan bakar nabati tersebut memiliki pangsa pasar yang besar yakni mencapai Rp 1,1 triliun.

Oleh sebab itu, penting untuk terus dikembangkan.

Baca juga: Sejarah Baru, Uji Terbang Perdana Pesawat CN235 Pakai Bahan Bakar Bioavtur

"Pangsa pasar J2.4 ini diperkirakan mencapai Rp 1,1 triliun," kata dia dalam acara Seremoni Keberhasilan Uji Terbang Pesawat CN235 Campuran Bahan Bakar Bioavtur, Rabu (6/10/2021).

Menurut Airlangga, untuk mendukung pengembangan bioavtur, pemerintah telah menyediakan insentif perpajakan yang bisa dimanfaatkan oleh korporasi yang terlibat.

Insentif itu yakni super deduction tax yag bisa diberikan hingga 300 persen bagi perusahaan yang mengembangan bioavtur.

"Tentu dengan kebijakan pemerintah yang sudah memberikan super deduction tax, kegiatan-kegiatan ini bisa mendapatkan inovasi tax terhadap korporasi yang mesponsori, dan pemerintah bisa memberikan sampai dengan 300 persen," kata Airlangga.

Dalam proses uji terbang pesawat CN235-200 FTB dengan menggunakan bahan bakar J2,4, melibatkan perusahaan PT Pertamina (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca juga: BI Buka Kembali Layanan Penukaran Uang Rusak, Simak Jadwal dan Caranya

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, untuk melakukan produksi dan komersialisasi bioavtur perlu melihat kesiapannya secara utuh.

Ada bahan baku yang tak bisa dikontrol Pertamina yakni minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

Selain itu, perlu dipastikan pula kesiapan dari sisi pasar untuk menyerap bioavtur.

Dengan demikian, ketika bioavtur diproduksi untuk komersialisasi, produk ini terus berkelanjutan dari sisi bahan baku maupun di serap oleh pasar.

"Dengan adanya komitmen dari pemerintah dan industri CPO, kami berharap ini ada suatu kebijakan yang utuh dari hulu ke hilir, bagaimana suatu program ini bisa kontinyu. Tentu kami harapakan ada suatu komitmen baik itu volume yang memang dialokasikan untuk bioavtur ini, dan kedua adalah komersialisasi," jelas Nicke.

Baca juga: Ada Risiko Gagal Bayar Utang, Menkeu AS Sebut AS Bakal Kembali Resesi

Tak hanya itu, untuk komersialisasi produk bioavtur, perlu juga mempertimbangkan rencana pemerintah yang akan menerapkan pajak karbon (carbon tax) di tahun depan.

"Kami juga harus lihat ini sebagai suatu mekanisme yang bisa kalau kita map-kan dengan harga, itu tentu akan berpengaruh terhadap keekonomian," imbuh dia.

Meski demikian, Nicke memastikan, pihaknya berkomitmen untuk terus mengembangkan bioavtur.

Saat ini ada dua kilang Pertamina yang siap untuk memproduksi bahan bakar nabati itu yakni Kilang Dumai dan Kilang Cilacap.

"Kami siapkan kilang-kilang Pertamina untuk siap memproduksi bioavtur sesuai dengan regulasi standar internasional," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Whats New
Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Whats New
Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Whats New
Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Whats New
Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Whats New
Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Rilis
Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com