Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Sentuh Level Terendah 10 Minggu, Harga Emas Dunia Naik Tipis

Kompas.com - 29/04/2022, 10:43 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga emas dunia bergerak fluktuatif sepanjang perdagangan Kamis waktu AS, lebih sering berkutat di zona negatif meski pada akhirnya ditutup menguat tipis. Harga emas dunia sempat mencapai level terendah dalam 10 minggu terakhir.

Pergerakan emas dunia dipengaruhi dollar AS yang menguat di tengah rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) di Mei 2022. Kondisi ini mengurangi daya tarik emas sebagai aset lindung nilai inflasi.

Mengutip CNBC, Jumat (29/4/2022), harga emas di pasar spot sempat menyentuh level 1.877,18 dollar AS per troy ounce, menjadi terendah sejak 16 Februari 2022. Logam mulia ini kemudian rebound dengan ditutup naik tipis 0,5 persen di level 1.895,43 dollar AS per troy ounce.

Baca juga: Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian, dari 0,5 Gram hingga 1 Kg

Sementara harga emas berjangka Comex New York Exchange naik sedikit ke level 1.896,7 dollar AS per troy ounce. Pada perdagangan kemarin emas berjangka AS berakhir di level 1.885,7 dollar AS per troy ounce, melemah 1 persen dari perdagangan hari sebelumnya.

Meski naik tipis, namun pergerakan kedua patokan harga emas itu masih berada di bawah level psikologis 1.900 dollar AS per troy ounce.

"Emas sempat bertahan sangat baik di atas 1.900 dollar AS, tetapi tertekan oleh penguatan dollar, dan dipengaruhi faktor Federal Reserve yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin minggu depan," ujar Brian Lan, Direktur Pelaksana di Dealer GoldSilver Central.

Indeks dollar AS pada perdagangan kemarin sudah bergerak di 103,82 yang merupakan level tertinggi dalam lima tahun, bahkan mendekati level tertinggi sejak dua dekade atau sejak akhir 2002. Penguatan dollar AS tidak menguntungkan bagi emas, sebab membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Kenaikan suku bunga AS juga sangat mempengaruhi imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) atau U.S. Treasury 10 tahun yang meningkat, seiring dengan investor menunggu keputusan The Fed menaikkan suku bunganya untuk mengatasi tingginya inflasi.

Emas memang dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan gejolak politik. Namun kenaikan suku bunga tidak menguntungkan emas, sebab meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang memang tidak memberikan imbal hasil.

"Harga emas gagal terdorong lebih tinggi meskipun dilatarbelakangi perang Rusia-Ukraina dan kenaikan inflasi yang cepat, investor mungkin memutuskan untuk mencari aset investasi yang lain," kata Brian.

Baca juga: Bingung Investasi Emas atau Bitcoin? Simak 4 Perbedaan Keduanya Berikut!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com