Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang Industri Asuransi dan Dana Pensiun Indonesia Masih Terbuka Lebar

Kompas.com - 31/05/2022, 12:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri keuangan non-bank masih perlu didorong, terutama dalam sektor asuransi dan dana pensiun.

Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan, untuk mendorong tumbuhnya industri keuangan non-bank, yang perlu dilakukan adalah meningkatkan literasi keuangan sektor asuransi dan dana pensiun.

"Literasi keuangan yang rendah membuat masyarakat kurang sadar terutama dalam mempersiapkan dana pensiun," kata dia dalam IFG International Conference 2022, Senin (30/5/2022).

Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Penyebab Minimnya Dana Pensiun di Indonesia

Senada, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan, pembahasan mengenai isu-isu industri asuransi dan dana pensiun sangat relevan di masa sekarang, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19.

Ia menjelaskan, seiring dengan adanya disrupsi teknologi di masa digitalisasi saat ini, dibutuhkan adanya upaya desain ulang industri keuangan Indonesia.

Upaya tersebut dapat melalui beberapa cara. Pertama, Sri Mulyani mengungkapkan perlunya meningkatkan akses keuangan inklusif sesuai kebutuhan masyarakat melalui teknologi digital.

Kedua, perlu adanya pengoptimalan investasi di sektor asuransi dan dana pensiun sebagai sumber pembiayaan jangka panjang yang potensial.

Sri Mulyani melanjutkan, perlu juga meningkatkan daya saing dan efisiensi keuangan melalui inovasi.

"Keempat, pengembangan industri dan penguatan kebijakan Keuangan. Yang terakhir, meningkatkan perlindungan konsumen di sektor keuangan agar terciptanya ekosistem yang sehat guna meningkatkan investasi di pasar keuangan Indonesia," imbuh dia.

Selaras, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melaporkan total industri asuransi dan dana pensiun di Indonesia pada 2020 masih kurang dari 20 persen dibandingkan PDB.

Menurut dia, Indonesia relatif masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, yang industri asuransi dan dana pensiunnya masing-masing menyumbang 60-85 persen dari PDB.

“Di era digitalisasi, dan dengan perubahan momentum dan lanskap selama pandemi Covid-19, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk mengoptimalkan peran industri asuransi dan dana pensiun. Ditambah, ruang tumbuh untuk industri asuransi dan dana pensiun terbilang masih cukup besar. Kami berharap setidaknya bisa mencapai target seperti apa yang sudah dicapai Malaysia,” tutup Airlangga.

Baca juga: IFG Bakal Jadi Pengelola Dana Pensiun BUMN, Ini Alasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com