Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Faktor yang Mendorong Harga Minyak Mentah Dunia Melonjak 3 Persen

Kompas.com - 27/10/2022, 07:40 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan hampir 3 persen pada perdagangan Rabu (26/10/2022). Pergerakan harga minyak mentah dunia dibayangi oleh sentimen pelemahan nilai tukar dollar AS, dan rencana AS mengekspor minyak.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah berjangka Brent ditutup naik 2,3 persen, menjadi 95,69 dollar AS per barrel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 3 persen, menjadi 87,91 dollar AS per barrel.

Kenaikan harga minyak dunia pada hari rabu didukung oleh rekor ekspor minyak mentah AS dan beroperasinya pabrik penyulingan negara itu, lebih tinggi dari biasanya di sepanjang tahun ini.

Baca juga: Hati-hati, Koreksi IHSG Diproyeksi Berlanjut

Dollar AS membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya pada hari Rabu. Ini karena, Greenback AS lebih kuat dari mata uang asing utama lainnya setelah Federal Reserve AS lebih agresif menaikkan suku bunga.

"Secara keseluruhan, ini adalah langkah dalam mata uang dollar AS," kata Eli Tesfaye, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Stok minyak mentah AS naik 2,6 juta barrel pekan lalu, menurut data mingguan pemerintah, jumlah tersebut lebih dari yang diantisipasi. Tetapi, nilai tersebut lebih rendah dari angka industri, yang menunjukkan peningkatan 4,5 juta barrel.

Ekspor minyak mentah AS juga naik menjadi 5,1 juta barrel per hari, atau jumlah terbesar yang pernah ada. Nilai ini menjatuhkan impor minyak mentah AS ke level terendah dalam sejarah.

"Secara keseluruhan pasar ekspor merupakan sentimen bullish meskipun ada peningkatan persediaan minyak mentah komersial berukuran sedang," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.

Baca juga: Bos Bank Mandiri Proyeksi Ekonomi RI Kuartal III 2022 Tumbuh 6,11 Persen

Para investor mengaitkan lonjakan ekspor dengan spread WTI dan Brent yang melebar. Pada perdagangan Rabu spread mencapai lebih dari 8 dollar AS per barrel. Di sisi lain, tingkat penyulingan AS tetap stabil di hampir 89 persen dari kapasitas, atau tertinggi untuk sepanjang tahun ini sejak 2018.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC+ sebelumnya mengejutkan pasar dengan pemotongan yang lebih besar dari perkiraan untuk target produksinya awal bulan ini. Analis minyak menyebut, pasokan akan semakin ketat dalam beberapa bulan mendatang, dan perlu langkah antisipasi. Di sisi lain, Eropa juga diperkirakan bulan depan akan melarang impor minyak dari Rusia dan membatasi pengiriman minyak Rusia dari industri asuransi pengiriman global.

Larangan itu dapat memperketat pasar pengiriman dunia, yang juga dapat meningkatkan harga minyak mentah dunia. Banyak analis percaya, Rusia akan dapat menghindari langkah-langkah tersebut, tetapi itu masih dapat menyebabkan Moskow menutup antara 1 hingga 2 juta barrel produksi harian, dimana hal itu juga bisa memukul pasar penyulingan.

“Hingga 2024 kami percaya harga minyak akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan kapal tanker yang bersedia mengangkut minyak Rusia daripada fundamental pasokan ke permintaan global, ini menjaga harga minyak tetap tinggi,” tulis analis JP Morgan.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut 60 Negara Berpotensi Alami Krisis Utang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com