Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Bulog Ajukan Impor Beras, Anggota Komisi IV Suhardi Duka: Saya Sangat Kecewa

Kompas.com - 17/01/2023, 09:33 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Suhardi Duka mengaku kecewa dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) yang tetap mengajukan impor beras 500.000 ton dalam memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP).

Legislator dari Fraksi Demokrat itu menilai, langkah impor tersebut adalah salah dan sudah keluar dari misi utama Bulog, yaitu menyelamatkan petani Indonesia.

"Saya adalah orang yang paling mendukung Bulog selama ini. Namun, terus terang terakhir ini saya sangat kecewa dengan Bulog. Kenapa harus mengajukan impor beras sampai dengan 1 juta ton walaupun hanya disetujui 500.000 ton?,” tanya dia.

Dia mengatakan itu dalam rapat kerja bersama Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, Senin (16/1/2023).

Suhardi mengatakan, sebelum melakukan kebijakan impor, Bulog seharusnya mampu membaca situasi dan harga pasar. Saat itu, harga beras mencapai Rp 9.500 sampai dengan Rp 10.000 per kilogram (kg).

Baca juga: Setengah Juta Ton Beras Impor Masuk Bertahap hingga Februari

Namun, kata dia, jika Bulog tetap memaksakan untuk melakukan pembelian pada harga Rp 8.700, dapat dipastikan tak ada petani atau penggiling padi yang mau menjual padi.

"Bulog hanya mampu membeli Rp 8.200 sampai Rp 8.300. Kenapa harga pasar naik karena harga buku naik, transportasi naik, biaya produksi petani tidak mungkin menjual dengan Rp 8.200,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa (17/1/2023).  

Suhardi menilai, Bulog sudah tidak lagi mendukung petani. Sebaliknya, Bulog justru ingin mencari keuntungan dari impor beras karena harga beras di luar lebih murah.

“Kalau seperti ini ya saya kira semua akan terbengkalai. Petani kita tidak ada lagi yang menyangga," katanya.

Baca juga: Ada Panen Raya Awal Tahun 2023, Mentan SYL Minta Bulog Segera Serap Gabah

Disisi lain, Suhardi menyayangkan masih adanya lembaga negara yang tidak mempercayai data Badan Pusat Statistik (BPS). Padahal lembaga ini diamanatkan Undang-Undang (UU) untuk memberi data yang valid dan benar.

Ia mengatakan, berdasarkan data BPS produksi beras nasional pada 2022 mencapai 32,07 juta ton atau setara dengan 54 juta ton gabah. Produksi sebanyak ini sudah mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.

"Okelah kita tidak percaya kepada data Kementerian Pertanian (Kementan). Tapi tentu UU menyatakan bahwa data yang valid itu adalah dari BPS. Nah kalau kita tidak menggunakan data BPS, data apa yang kita harus percaya atau semua data yang tidak percaya?" tanyanya.

Suhardi pun mengaku selama ini tetap berpedoman kepada data BPS sebagai satu-satunya data negara yang memiliki payung hukum jelas.

Baca juga: Data Beras Berbeda Kementan Vs Bulog, Kepala Bappenas: Tiap Tahun Persoalannya Sama

"Terus terang yang saya percaya adalah data yang didukung oleh UU, yaitu data BPS," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com