Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Naik Tipis Dipicu Kekhawatiran Menurunnya Permintaan

Kompas.com - 05/04/2023, 07:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah naik tipis pada akhir perdagangan Selasa (4/4/2023) waktu setempat atau Rabu pagi waktu Indonesia barat (WIB), setelah pada perdagangan hari sebelumnya melonjak 6 persen.

Pergerakan tipis harga minyak dunia dipengaruhi respons pasar terhadap kebijakan OPEC+ memangkas produksi, yang diimbangi dengan melemahnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China yang menimbulkan kekhawatiran penurunan permintaan minyak.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent hanya naik 1 sen AS menjadi sebesar 84,94 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0.4 persen atau 29 sen AS menjadi sebesar 80,71 dollar AS per barrel.

Baca juga: Dirut Pertamina Ungkap 4 Pemicu Terbakarnya Kilang Minyak

Keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, atau OPEC+ memangkas produksi minyak sebesar 1,16 juta barel per hari (bpd) mulai Mei 2023, mengejutkan pasar dan membuat harga minyak naik.

Sebab keputusan itu membuat total volume pemotongan produksi OPEC+ menjadi sebanyak 3,66 juta barel per hari, termasuk pemotongan 2 juta barel Oktober lalu. Pemotongan ini setara dengan sekitar 3,7 persen dari permintaan global.

Setelah keputusan pemangkasan produksi tersebut diumumkan pada hari Minggu kemarin, harga minyak mentah baik Brent maupun WTI melonjak 6,3 persen pada penutupan perdagangan Senin.

Baca juga: Ada Ledakan di Kilang Minyak Pertamina Dumai, PT KPI Minta Maaf dan Investigasi Penyebabnya


Namun di sisi lain, kemerosotan aktivitas manufaktur AS pada bulan Maret ke level terendah dalam hampir tiga tahun dan aktivitas manufaktur China yang lemah di bulan lalu, telah menimbulkan kekhawatiran terkait menurunnya permintaan minyak.

Kondisi perekonomian kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu, menekan penguatan lebih lanjut harga minyak dunia pada perdagangan Selasa kemarin.

Analis Mizuho, Bob Yawger menilai, kondisi tingginya harga minyak dunia pada gilirannya dapat mendorong kenaikan suku bunga yang lebih agresif dari bank sentral, dan secara bertahap mendorong ekonomi lebih dekat ke resesi.

Baca juga: KPI Targetkan Olah 342 Juta Barrel Minyak Mentah Sepanjang 2023

Pasar saat ini sedang mencoba mengukur berapa lama lagi bank sentral AS atau Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga untuk mendinginkan inflasi, dan kemungkinan ekonomi AS menuju resesi.

Investor sekarang melihat peluang sekitar 40 persen bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebanyak 25 basis poin (bps) di bulan Mei mendatang, dengan peluang sekitar 60 persen suku bunga dipertahankan.

Baca juga: Daftar Harga BBM Shell, BP AKR, dan Vivo pada April 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com