Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Badai PHK, Industri "Fintech" Menuju Musim Semi

Kompas.com - 28/07/2023, 07:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri teknologi keuangan (financial technology/ fintech) di Indonesia masih menghadapi fenomena tech winter.

Tech winter merupakan kondisi kenaikan biaya modal yang memaksa investor untuk memperketat seleksi investasi mereka guna memaksimalkan pengembalian investasi dan menurunkan risiko.

Beberapa efek yang ditimbulkan dari tech winter ini adalah efisiensi perusahaan yang berdampak pada adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa perusahaan fintech.

Laporan Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Annual Members Survey (AMS) 2022/2023 melaporkan, 20 startup atau perusahaan rintisan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sepanjang 2022.

Secara global, tercatat 201.860 karyawan industri teknologi di seluruh dunia terkena layoff atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada lima bulan pertama 2023.

Baca juga: Siaga di Tengah Risiko Tech Winter

Direktur Katadata Insight Center (KIC) Adek Media Roza mengatakan, dalam riset ditemukan 84 persen responden fintech melakukan PHK atau lay off.

"Survei yang sama juga mencatat bahwa 76 persen responden tidak berencana untuk menambah atau merekrut tenaga kerja baru dalam waktu dekat," ujar dia dalam konferensi pers Peluncuran Aftech Annual Members Survey (AMS) 2022/2023, Kamis (27/7/2023).

Ia menambahkan, fenomena tech winter menyebabkan pelaku di industri teknologi dan perusahaan startup termasuk fintech lebih fokus bertahan dan melakukan inovasi untuk menghasilkan profit.

Sebagai catatan, AMS 2022/2023 melaporkan 64,0 persen perusahaan fintech yang tergabung dalam Aftech baru berdiri dalam kurun waktu 0-5 tahun, atau masih berada dalam fase perusahaan rintisan (startup).

Baca juga: Badai PHK Berlanjut, LinkedIn Pangkas 716 Karyawan dan Tutup Aplikasi InCareer

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pengawas Aftech Rudiantara mengatakan, banyak startup memang melakukan PHK di tengah adanya tech winter ini.

Namun begitu, menurut dia jumlahnya masih tidak sebanding dengan PHK yang terjadi pada sektor riil.

"Ya normal lah yang bisnis konvensional saja lebih banyak PHK, bekali-kali dari startup, namanya juga startup, perusahaan rintisan," ujar dia dalam kesempatan yang sama.

Meskipun demikian, ia menceritakan, beberapa fintech misalnya Amartha justru terus merekrut sumber daya manusia (SDM) di tengah badai perusahaan teknologi tersebut.

Baca juga: Badai PHK Perusahaan Teknologi Berlanjut, Ketua Asosiasi E-Commerce Buka Suara

Rekalibrasi, dari winter tech ke musim semi...

Lebih lanjut, Rudiantara menjelaskan, adanya winter tech membuat perusahaan fintech di bawah Aftech melakukan rekalibrasi bisnis dan efisiensi biaya.

"Sehingga, nanti kalau sudah spring semua (fintech) akan siap dan semakin resilien," imbuh dia.

Adapun beberapa katalis yang dapat membuat badai perusahaan teknologi berakhir adalah keluarnya Indonesia dari pandemi Covid-19.

Selain itu, berakhirnya sentimen negatif ekonomi global juga akan mempercepat berakhirnya badai perusahaan teknologi.

"Uang ini kan uang global. Kalau saya punya uang, saya simpan di bank karena suku bunga naik, atau saya masukkan ke startup yang risikonya masih tinggi," kata dia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com