Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PR Perpajakan Masih Banyak, Hipmi Dorong Penguatan Literasi

Kompas.com - 27/07/2023, 17:20 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai, perpajakan menjadi salah satu isu penting yang perlu diperhatikan. Pasalnya, pajak masih menjadi tulang punggung pendapatan negara.

Ketua Hipmi Tax Center M. Arif Rohman menyebutkan, saat ini setidaknya ada tiga hal yang harus menjadi perhatian bagi para bakal calon presiden (bacapres) yang akan berkontestasi dalam Pemilu 2024 mendatang di sektor perpajakan.

Tugas-tugas itu berkaitan dengan reformasi internal hingga peningkatan potensi penerimaan.

Arif mengatakan, pekerjaan rumah atau PR perpajakan pertama ialah, reformasi di tubuh Direktorat Jendral Pajak (DJP) Kementerian Keuangan. Hal ini diperlukan dengan melihat masih terjadinya

"Seperti korupsi atau pun tindak kejahatan lainnya. Sehingga, reformasi ini harus benar-benar dilakukan," ujar dia, dalam keterangannya, Kamis (27/7/2023).

Baca juga: Soal IMF Minta RI Hapus Larangan Ekspor Nikel, Hipmi: Kebijakan Hilirisasi Sudah Tepat

Optimalisasi pajak dan tax ratio

PR kedua, bacapres perlu menemukan strategi dalam optimalisasi penerimaan pajak. Arif menilai, bacapres memiliki roadmap yang jelas mengenai optimalisasi penerimaan perpajakan.

"Agar kedepannya, penerimaan pajak bisa semakin optimal lagi," katanya.

Terakhir, permasalahan yang perlu diperhatikan terkait tax ratio. Rasio perpajakan di Indonesia disebut yang paling rendah di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.

"Menurut data dari OECD tahun 2022, posisi Indonesia masih jauh dari ideal dan menduduki golongan terendah bersama Laos dengan rasio perpajakan 10,4 persen," tutur Arif.

Baca juga: Hipmi Dirikan Badan Otonomi Khusus Pasar Modal dan IPO

Literasi perpajakan

Lebih lanjut Arif menyebutkan, salah satu solusi yang diperlukan untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut ialah dengan melibatkan pelaku usaha dalam perumusan kebijakan perpajakan.

Menurutnya, saat ini pengusaha hanya dijadikan objek pungutan pajak, meskipun pengusaha berkontribusi besar terhadap setoran pajak.

Hasilnya, Ketua Umum BPP HIPMI Akbar Buchari bilang, pajak saat ini dinilai sebagai beban oleh para pengusaha. Oleh karenanya, Hipmi melalui Badan Otonom Tax Center BPP Hipmi berencana membantu pemerintah mengatasi hal tersebut, salah satunya dengan melakukan sosialisasi ke berbagai daerah.

"Literasi mengenai perpajakan ini harus segera dijalankan ke depannya, supaya kesadaran masyarakat untuk bayar pajak bisa meningkat. HIPMI bisa berkolaborasi dan bersinergi dengan Pemerintah dalam hal Direktorat Jendral Pajak (DJP) Kementerian Keuangan," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com