Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

4 Aspek "Human Capital Leadership" untuk Generasi Produktif Indonesia 2045

Kompas.com - 26/09/2023, 10:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA harus segera menyiapkan manusianya agar bisa menjadi penopang utama pada masa depan. Kita punya momentumnya, yakni bonus demografi. Kondisi Indonesia tidak dialami negara lain.

Negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok, sedang berjibaku bagaimana meningkatkan usia produktif. Pemimpin harus memanfaatkan kondisi ini untuk meningkatkan kualitas manusia.

Kepemimpinan modal manusia (human capital leadership) untuk pemuda melibatkan pembentukan lingkungan di mana individu muda dapat tumbuh, belajar, dan berkembang, akhirnya berkontribusi pada kesuksesan pribadi mereka dan kemajuan masyarakat secara keseluruhan.

Kepemimpinan menjadi penting, khususnya yang berorientasi pada peningkatan kualitas manusia. Kepemimpinan dalam konteks ini adalah kepemimpinan yang berfokus pada peningkatan kualitas manusia secara holistik: emosi, kemampuan, modal sosial, dan karakter.

Peningkatan kualitas manusia mencakup keterampilan, pengetahuan, inovasi, dan kemampuan individu untuk menjalankan tugasnya agar bisa menciptakan suatu nilai.

Sebagai upaya menuju Indonesia Emas 2045, para pemimpin kita perlu mempunyai dan meningkatkan empat modal, yakni modal moral dan budaya (kepribadian), modal intelektual (kesempatan), modal organisasi dan kewirausahaan (produktivitas), dan modal kesehatan dan tenaga kerja (keberlanjutan).

Kita akan bahas satu per satu.

Modal moral dan budaya (Cultural & Moral Capital)

Kedua aspek ini mengungkap keterampilan-keterampilan tertentu yang membuat anak muda dapat memotivasi dirinya untuk terus bertumbuh.

Hal ini menunjukan pentingnya mengembangkan karakter dan budaya secara berkala bagi insan muda. Dua hal ini tidak bisa kita negosiasikan.

Bangsa yang besar terdiri dari rakyat yang punya semangat juang, inovasi, dan pantang menyerah.

Kita beruntung punya banyak tokoh bangsa yang bisa kita teladani sifatnya. Salah satu sifat yang bisa kita teladani adalah berorientasi pada tujuan.

Manusia Indonesia kedepan haruslah berorientasi pada tujuan (purpose-driven), punya pola pikir untuk terus bertumbuh, dan gigih. Punya ‘self management skills’ yang baik.

Cherewick et al., (2023) membuktikan bahwa punya growth mindset dan kegigihan membuat kita tidak mudah depresi dan cemas.

Hayden, et al., (2023) menyingkap hubungan antara purpose-driven dan growth mindset. Mereka meneliti bagaimana pola pikir guru setelah ia merenungi misinya. Hasil membuktikan bahwa guru yang fokus pada misinya cenderung punya pola pikir bertumbuh.

Singkatnya, jika kita punya tujuan besar, kita akan terdorong untuk terus berkembang. Banyak orang hebat yang mencapai posisinya sekarang karena punya visi jauh kedepan, seperti Elon Musk, Steve Jobs, dan lain sebagainya. Mereka sadar kalau ingin melaju jauh, harus punya growth mindset.

Memiliki pola pikir bertumbuh juga berdampak pada kesehatan mental kita. Menurut Lai, et al., (2022), growth mindset punya pengaruh jangka panjang terhadap kesehatan mental kita. Pengaruh yang sama juga dimiliki oleh orang yang fokus terhadap misinya.

Semakin ke sini, kita akan dihadapkan pada tanggung jawab lebih besar, mulai dari pengentasan kemiskinan, mengembangkan teknologi, dan menyelesaikan isu perubahan iklim.

Alhasil, manusia Indonesia harus berkarakter dan punya kesehatan mental yang kuat. Mental kuat berimplikasi pada ketangguhan diri kita sebagai manusia.

Resiliensi menjadi satu lagi trait penting di tengah ketidakpastian era sekarang. Perkembangan teknologi saat ini mendorong kita untuk berlari cepat. Dan berlari cepat membutuhkan ketangguhan dalam diri kita.

Studi dari Bonanno (2004) menegaskan kalau ketahanan diri membuat kita jadi pribadi yang tidak mudah stres, mampu menghadapi tantangan, dan menganggap tantangan sebagai peluang.

Fondasi-fondasi inilah yang menjadi awal dari manusia Indonesia yang tangguh dan inovatif.

Kalau melihat dari sejarah kita, baik Bung Hatta, Bung Karno, Sutan Syahrir, HOS Tjokroaminoto, H. Agus Salim, dan tokoh bangsa lainnya memiliki modal karakter dan kompas moral yang luar biasa kuat. Tanpa hal-hal itu, mereka mungkin tidak bisa membawa Indonesia jadi negara merdeka.

Modal intelektual (Intellectual Capital)

Aspek ini berkaitan dengan kemampuan individu dalam mengembangkan berbagai keterampilannya untuk mengatur dan mengelola dirinya serta beradaptasi dengan lingkungan.

Setelah tuntas persoalan dalam diri, calon generus bangsa perlu mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri mereka, khususnya mengembangkan keterampilan yang relevan dengan situasi saat ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com