Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emiten Gas SBMA Kejar Target Pendapatan Tahun Ini

Kompas.com - 18/10/2023, 06:25 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) optimistis bisa mencapai target pendapatan sebesar Rp 123 miliar pada 2023. Emiten industri kimia dan gas tersebut percaya diri untuk menutup tahun ini dengan catatan positif.

Direktur Utama SBMA Rini Dwiyanti mengatakan, perseroan telah mematok pertumbuhan kinerja tahun 2023 sejak awal tahun. Dia bilang, hingga saat ini pertumbuhan kinerja perseroan masih on the track.

Adapun segmentasi pasar terbesar masih didominasi oleh pertambangan untuk Balikpapan, reseller Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP), serta perusahaan fabrikasi, dan machinery.

Baca juga: Rekrutmen KAI untuk D3 hingga S2, Simak Syarat dan Tahapannya

"Dengan begitu, kami optimistis menutup tahun 2023 dengan pendapatan senilai Rp 123 miliar," kata Rini dalam siaran pers, Selasa (17/10/2023).

Jika mengacu pencapaian perseroan di tahun-tahun sebelumnya, SMBA membukukan pendapatan Rp 103,64 miliar sepanjang 2022, atau mengalami kenaikan dibandingkan pencapaian pada tahun 2021 sebesar Rp 88,26 miliar.

“Secara kinerja SBMA memang terus mengalami pertumbuhan sejak mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan memanfaatkan dana IPO untuk pengembangan bisnis yang berkelanjutan," kata Rini.

Baca juga: Nasib Aset Negara, Ada yang Jadi Gudang hingga Diserobot Orang

Dia memastikan, bisnis perseroan tetap tangguh di tengah gonjang ganjing dan ketidakstabilan internasional dan juga mendekati tahun politik. Rini menambahkan, lebih dari 60 persen dari bisnis SBMA bergantung pada demand konsumer, sehingga lebih tahan terhadap volatilitas pasar.

Sejauh ini, perseroan menerima banyak permintaan liquid dari proyek Kawasan Industri Kalimantan yang merupakan proyek pemerintah. Perseroan mengalami peningkatan pada sektor manufaktur liquid sebesar 10 persen, dan akan terus meningkat setiap bulan.

"Selama industri minyak bumi, petrokimia, berbasis kebutuhan dasar masyarakat seperti pupuk, batu bara, nikel perkapalan dan industri sawit tidak mengalami kontraksi yang signifikan, kami selalu optimistis menjalani bisnis ke depannya,” tutup Rini.

Baca juga: KCIC Bidik Bos-bos untuk Naik Kereta Cepat First Class yang Tarifnya Bisa Sampai Rp 600.000

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com