Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerimaan Bea dan Cukai Melorot, Sri Mulyani Beberkan Penyebabnya

Kompas.com - 15/12/2023, 20:30 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kinerja penerimaan negara yang berasal dari kepabeanan dan cukai masih terkontraksi jelang akhir tahun 2023. Penurunan terjadi di seluruh pos penerimaan kepabeanan dan cukai.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi penerimaan kepabenanan dan cukai mencapai Rp 256,5 triliun hingga 12 Desember 2023. Nilai itu setara dengan 84,6 persen dari target yang ditetapkan dan turun 11,7 persen dari realisasi tahun lalu.

"Penerimaan kepabeanan dan cukai memang alami kontraksi 11,7 persen," kata dia dalam APBN KiTa edisi Desember 2023, di Jakarta, Jumat (15/12/2023).

Baca juga: Gelontorkan Rp 500 Triliun di Akhir Tahun, Sri Mulyani: Bayar Tagihan-tagihan

Sri Mulyani menjelaskan, penurunan itu imbas dari pelemahan ekonomi global, sehingga menekan kinerja ekspor dan impor nasional. Selain itu, kebijakan hilirisasi juga berdampak terhadap penerimaan negara yang berasal dari bea keluar.

Tercatat realisasi bea keluar sebesar Rp 12,3 triliun. Nilai ini baru setara 62,2 persen dari target teranyar pemerintah dan ambles 68,5 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Amblesnya penerimaan bea keluar selaras dengan menurunnya harga ekspor komoditas unggulan nasional. Misal saja, rata-rata harga kelapa sawit yang turun 28,1 persen, sehingga bea keluar komoditas tersebut anjlok 81,3 persen.

Baca juga: Pemerintah Mulai Ngerem Utang, Sri Mulyani Beberkan Alasannya

Kemudian, bea keluar tembaga susut 0,3 persen. Hal ini dipengaruhi harga tembaga yang terkontraksi sebesar 6,5 persen.

Sementara itu pada pos bea masuk, realisasinya sebesar Rp 47,6 triliun. Nilai ini setara dengan 89,6 persen dari target APBN dan sedikit terkoreksi sebesar 0,1 persen.

Sedangkan pos bea masuk, penurunan itu disebabkan oleh penurunan nilai impor sebesar 7,8 persen. Selain itu, pemanfaatan fasilitas kerja sama bebas dagang atau free trade agreement (FTA) juga kian meningkat.

Baca juga: Dampingi Jokowi, Sri Mulyani Serahkan DIPA dan TKD APBN 2024 secara Digital

Adapun pada pos penerimaan cukai, realisasinya sebesar Rp 196,7 triliun. Nilai ini setara 86,6 persen dari target, dan terkoreksi 3,7 persen secara tahunan.

Sri Mulyani bilang, penurunan penerimaan cukai utamanya disebabkan oleh kontraksi penerimaan cukai hasil tembakau (CHT). Tercatat penerimaan CHT susut 3,7 persen, seiring dengan penurunan produksi dan tarif efektif cukai.

"Cukai sangat dipengaruhi cukai rokok atau CHT," ucap Sri Mulyani.

Baca juga: Di Mana Sri Mulyani Menyimpan Semua Uang APBN?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com