Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Kereta Cepat Whoosh Balik Modal?

Kompas.com - 30/12/2023, 20:58 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mencatat kereta cepat Whoosh telah melayani 1.028.216 penumpang selama 2 bulan beroperasi komersial yakni 17 Oktober-25 Desember 2023.

Sementara jumlah penumpang tertinggi yang dilayani dalam satu hari mencapai 21.500 penumpang, termasuk pada periode Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru).

Meski antusiasme di awal cukup tinggi di awal-awal operasi, jumlah penumpang tercatat tersebut masih di bawah target yang ditetapkan yakni 30.000 penumpang per hari.

Kapan Kereta Cepat Whoosh balik modal?

Dalam sebuah rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo memperkirakan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh baru balik modal setelah 38 tahun.

Baca juga: Dua Bulan Operasi, Kereta Cepat Whoosh Angkut 1 Juta Penumpang

"Sesuai perhitungan feasibility study itu (balik modal) 38 tahun," kata Didiek dikutip pada Sabtu (30/12/2023).

Sementara itu, Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi menyampaikan hal serupa.

Ia mengatakan, berdasarkan perhitungan konsultan KCIC proyek kereta cepat ini baru balik modal setelah 38 tahun dengan asumsi jumlah penumpang sesuai target.

"Jadi tentunya konsultan yang kami tunjuk, itu berdasarkan feasibility study itu (balik modal) setelah 38 tahun," kata Dwiyana.

Jumlah utang kereta cepat

Untuk diketahui saja, masa konsesi KCJB terbilang sangat lama yakni mencapai 80 tahun. Bandingkan dengan konsesi jalan tol yang rata-rata adalah 40 tahun dan maksimal 50 tahun.

Setelah dilakukan audit menyeluruh, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung mengalami pembengkakan biaya sebesar Rp 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 18,02 triliun.

Baca juga: Moeldoko Usul Bangun Stasiun Whoosh di Kopo, KAI Tunggu Kajian Pemerintah

Angka tersebut merupakan hasil audit dari setiap negara yang kemudian disepakati bersama. Dengan demikian, biaya total proyek yang berlangsung sejak 2016 itu kini mencapai 7,27 miliar dollar AS atau setara Rp 108,14 triliun.

Dalam keterangan resmi KCIC, struktur pembiayaan KCJB adalah 75 persen dari nilai proyek dibiayai oleh China Development Bank (CBD) dan 25 persen dibiayai dari ekuitas konsorsium.

Dari 25 persen ekuitas dari ekuitas tersebut, sebesar 60 persen berasal dari konsorsium Indonesia karena menjadi pemegang saham mayoritas.

Dengan demikian, pendanaan dari konsorsium Indonesia ini sekitar 15 persen dari proyek, sedangkan sisanya sebesar 85 persen dibiayai dari ekuitas dan pinjaman pihak China, yang awalnya disepakati tanpa jaminan dari Pemerintah Indonesia dan penggunaan APBN.

Namun belakangan pemerintah merevisinya, di mana APBN bisa dikucurkan untuk menyelamatkan proyek ini ancaman mangkrak.

Baca juga: Moeldoko Usul Stasiun Kereta Cepat Ditambah di Kopo, Minta Kajian Disiapkan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com