Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Terpilih, Prabowo-Gibran Mau Genjot Produksi Bioetanol dari Singkong dan Tebu

Kompas.com - 10/01/2024, 20:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka bakal menggenjot pengembangan bioetanol dari singkong dan tebu jika terpilih dalam Pilpres 2024.

Bioetanol adalah jenis bahan bakar yang dihasilkan dari proses ferementasi bahan-bahan organik, terutama tumbuhan dengan kandungan karbohidrat tinggi.

Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Dradjad H Wibowo mengatakan, kebijakan yang menjadi bagian dari strategi transisi energi tersebut, dimaksudkan pula untuk mendorong kemandirian gula nasional.

"Mengembangkan bioetanol dari singkong dan tebu. Ini sudah sering dikatakan oleh Pak Prabowo sejak beliau mulai terjun di politik. Singkong dan tebu, sekaligus menuju kemandirian komoditas gula," ujarnya dalam webinar Meneropong Bioenergi di Tangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029, Rabu (10/1/2024).

Baca juga: Campur Pertamax dan Bioetanol, Pertamina Bakal Jual BBM RON 95

Ia menuturkan, pengembangan bioetanol menjadi salah satu program unggulan Prabowo. Menurut Dradjad, pengembangan bioetanol bahkan sudah disampaikan Prabowo dalam berbagai kesempatan sejak tahun 2010.

"Pak Prabowo dalam berbagai kesempatan sejak tahun 2010. Dia sudah menyampaikan bagaimana beliau memandang bioetanol, biofuel sebagai sumber energi kita," ucapnya.

Dia mengatakan, penggunaan energi terbarukan dari nabati masih sangat rendah. Oleh sebab itu, Prabowo-Gibran akan menggenjot pengembangannya dan memperbanyak sumber-sumber bioetanol.

Menurutnya, pengembangan bioetanol ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan menyerap banyak tenaga kerja. Lantaran, bakal mengandalkan tanaman tebu dan singkong yang memang umum ada di Indonesia.

"Jadi kesiapan kultural sudah ada, penyerapan lapangan kerjanya tinggi, nilai keekonomisannya itu bisa lebih cepat dicapai. Jadi, andalan kita memang adalah bioetanol," jelas dia.

Baca juga: Pertamina Bahas Rencana Pencampuran Bioetanol dan Pertamax

Dradjad menyebut, secara rinci, dalam upaya transisi energi, paslon nomor urut dua akan mendorong penggunaan bahan bakar nabati untuk transportasi.

Kemudian akan melakukan konversi batu bara menjadi gas di mulut tambang sebagai upaya mengurangi polusi. Serta akan mendorong pengembangan energi terbarukan dengan memanfaatkan potensi masing-masing daerh.

"Untuk energi hijau alternatif itu ada air angin, matahari, surya, gelombang laut, panas bumi. Kita juga ingin menggenjot pengembangan kendaraan listrik. Jadi semuanya sudah kita siapkan," pungkasnya.

Baca juga: Pertamax Bakal Dicampur Bioetanol, Pengamat: Harganya Akan Lebih Mahal

Potensi bioetanol di Indonesia

Sebagai informasi, pada 2023 lalu Tim Studi Bioetanol ITB telah melakukan kajian pencampuran etanol 5 persen ke dalam Pertalite (RON 90) menjadi kualitas sama dengan Pertamax (RON 92).

Studi ITB tersebut konsisten dengan kajian pencampuran etanol 5 persen dengan pertalite (RON 90) yang dilakukan oleh PT Pertamina.

Potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang menciptakan ketahanan energi dengan mengurangi ketergantungan impor BBM nasional, sekaligus menciptakan bauran energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.

Hasil riset ITB tersebut juga menunjukkan Indonesia telah menghemat devisa sebesar 2,6 miliar dollar AS dari substitusi impor diesel melalui program biodiesel kelapa sawit.

Di sisi lain, laporan ITB memproyeksikan Indonesia akan mengimpor hingga 35,6 juta kiloliter pada 2040 atau hampir dua kali lipat dari jumlah impor BBM pada 2021.

Penggunaan bioetanol sebagai campuran BBM disebut dapat menurunkan impor bensin, menurunkan polutan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com